E.
PERMAINAN SANGAT EFEKTIF MENCIPTAKAN KECINTAAN ANAK PADA PROSES BELAJAR.
Apa
akibatnya jika ABACA Flashcard diterapkan di kelas (di sekolah)? Apabila
permainan ABACA Flashcard ini diterapkan di kelas. Tak hanya kebahagiaan
tersebut akan terus diingat sepanjang masa. Materi ABACA Flashcard yang
dianggap mudah oleh rata-rata anak, dibandingkan buku belajar membaca, membuat
proses permainan benar-benar terasa bermain padahal sedang belajar. Unsur
bebannya hilang. Dan kebahagiaan inilah yang terpancar pada anak-anak yang
membuat mereka betah di sekolahnya. Selamat, Anda pun menjadi guru favorit bagi
murid-murid!
Sebuah
penelitian telah dilakukan Universitas Pensylvania dengan melibatkan 64
peserta. Penilitian ini berlangsung selama kurang lebih 20 tahun. Hasil
penelitian tersebut dipublikasikan pada pertemuan rutin tahunan Society fo
Neurosciences di New Orleans. Hasil penelitian menyebutkan bahwa stimulasi
kognitif orang tua kepada anak yang berusia sekitar 4 tahun mempunyai andil
untuk perkembangan otak anak di usia 15 tahun.
Para peneliti mengobservasi,
apakah di rumah peserta terdapat mainan yang mengajarkan tentang warna, angka,
huruf dan lain-lain. Para peneliti juga menilai bagaimana para orang tua
tersebut mengasuh anak-anaknya. Apakah penuh dengan kasih sayang, sering diajak
bermain, dll. Pada saat usia peserta 17 tahun dan 19 tahun, otak mereka
kemudian discan kembali.
Bermain
ABACA Flashcard mampu mengembangkan keterampilan kognitif, sosial, dan juga
emosional anak. Orang tua yang mau menyediakan waktu untuk anak-anaknya dengan
bermain ABACA Flashcard di rumah dan memberikan pengasuhan yang penuh kasih
sayang kepada anak-anaknya, berarti ia telah memberikan investasi yang besar
pada perkembangan otak anak di masa yang akan datang.
F.
MANA YANG TERBAIK, MEMBERIKAN LES MEMBACA ATAU MENGAJAR ANAK MEMBACA?
ABACA
Flashcard bukan hanya sekedar kartu belajar membaca yang biasa, tapi lebih pada
bentuk cinta dan kasih sayang terhadap anak. Sering kita menemui orang tua yang
menitipkan anaknya ke tempat les baca. Hasilnya, anak bisa baca.
Tapi bagaimana
dengan perkembangan psikologis anak?
Bagaimana kedekatan emosi anak dengan
orang tuanya?
Bagaimana keakraban anak dengan orang tuanya?
Hampir dipastikan
tidak ada les baca yang mampu memberikan semua itu kepada anak. Memang tidak
dipungkiri, sebagian orang tua merasa canggung bermain dengan anaknya disebabkan
kurang sabar. Jika orang tua cukup mampu bersabar, maka mengajari anak belajar
membaca jauh lebih baik dibanding menyerahkannya kepada orang lain. Melalui
media bermain ABACA Flashcard, orang tua bisa bermain, bercanda, tertawa serta
bersuka ria bersama anak dengan bermain-main game yang ada di ABACA Flashcard.
Game
ABACA Flashcard membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Kartu-kartu
dengan gambar yang full color tentu mempunyai daya tarik tersendiri. Begitu pun
dengan gamenya. Setiap seri di dalam ABACA Flashcard selalu dilengkapi dengan
permainan. Antara lain game panen es krim, kisah sains tentang strawberry,
petualangan mencari harta karun di ladang yang penuh coklat.
Dan yang tidak
kalah serunya adalah game berburu di istana Raja Donat. Inilah yang membuat ABACA
Flashcard berbeda dengan kartu-kartu flashcard yang ada di pasaran. Semua seri ABACA
Flashcard ada permainannya.
Bagaimana
dengan orang tua yang kerja di luar rumah? Yuk, luangkan waktu 10-15 menit
untuk bermain ABACA Flashcard dengan anak di rumah setiap harinya. Tidak berat
bukan? Dan bersiaplah, orang tua akan merasakan dahsyatnya ABACA Flashcard
dimainkan bersama dengan anak di rumah.
Tetapi
yang sabar dan telaten, ya. Proses pertumbuhan dan perkembangan kemampuan
setiap anak berbeda-beda. Ini hal yang lumrah terjadi.
G.
BAGAIMANA MENGAJARKAN KONSEP MENULIS MENGGUNAKAN ABACA FLASHCARD?
Sebelum
anak belajar menulis, pastikan dia telah lulus ABACA Flashcard terlebih dahulu.
Dan lihat pula kesiapannya. Jika anak telah lulus seri 1 hingga 3 ABACA
Flashcard, kemudian anak terlihat sering coret-coret kertas untuk menulis
huruf, maka kemungkinan dia telah siap belajar menulis.
Sama
seperti belajar membaca, mintalah pada anak menulis suku kata seri 1 ABACA
Flashcard, dimulai dengan huruf “a”. Jika anak berhasil menulis “a” maka
lanjutkan dengan menulis “ba”. Biasanya anak akan melakukan kesalahan penulisan
dengan menulis ‘ba’ menjadi ‘ab’. Jika itu terjadi, jangan panik karena itu
memang tahapannya.
Dan sekali lagi, jangan pernah mengatakan kata negatif
seperti, ‘salah’. Ubahlah kata salah dengan pujian seperti, “Wah adik benar,
keren, cuma letak ‘a’ nya di belakang, ya dik. Ayo kita main lagi yuk.” Dan
ketika anak berhasil menuliskan dengan benar hasil koreksiannya, bermainlah
panen es krim agar belajarnya makin seru.
Lalu
mintalah dia menulis ‘ca’, dan umumnya akan melakukan kesalahan dengan
menuliskan ‘ac’. Tidak apa-apa dan ingat, jangan mengkritiknya ya dengan
mengatakan ‘salah’. Cukup beritahukan ke anak, “Wah baik sekali, adek benar,
cuma letak ‘a’ nya di belakang ya dik.”
Lakukan
langkah di atas, untuk kartu ‘fa’ dan ‘ga’. Cukup 5 kartu dahulu sebagai
permulaannya. Ulangi terus langkah di atas sampai anak memahami polanya. Jika
anak telah memahami polanya, maka proses belajar menulis akan semakin cepat
dengan menggunakan ABACA Flashcard.
Menstimulasi
otak anak berarti memberikan perhatian lebih kepada anak dengan memancing rasa
ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang baru. Hal tersebut dilakukan tanpa
paksaan.
H.
MENGAPA ABACA FLASHCARD MAMPU MENGHILANGKAN TEKANAN PADA ANAK SAAT BELAJAR
MEMBACA?
Pernahkan
Anda mengalami sebuah kondisi yang sangat tertekan karena guru Anda memberikan
tugas yang terlalu banyak?
Masih ingatkah Anda saat dikejar-kejar deadline oleh
Dosen Anda?
Atau Anda akan menghadapi ujian yang menentukan kelulusan, namun
karena Anda jarang belajar maka persiapan ujian pun harus ekstra keras bahkan
sampai tidak tidur semalaman?
Apa yang terjadi pada saat ujian tiba?
Ternyata
Anda lupa sebagian besar yang Anda pelajari semalam dan otak Anda terasa lemot
dan perasaan mood Anda menjadi hilang.
Inilah
yang disebut dengan kondisi tertekan. Pada saat itu, arus informasi
bertubi-tubi masuk ke otak Anda sehingga tidak punya waktu untuk beristirahat.
Ketika hal tersebut terjadi, maka otak tidak dapat bekerja dengan baik karena
terlalu lelah. Dan memori jangka panjang Anda tidak dapat melakukan fungsinya
dengan baik karena penyimpanan informasinya tidak sesuai dengan cara kerja
memori jangka panjang.
Riset membuktikan bahwa belajar dengan banyak jeda dan
istirahat dan dalam keadaan yang bahagia, akan membuat otak fresh dan mampu
mencerna informasi yang diterimanya dengan sangat baik tanpa mengalami kondisi
yang tertekan.
Nah,
bagaimana apabila kondisi tersebut dialami oleh anak-anak?
Apa yang terjadi
saat mereka minim sekali istirahat dan otak mereka dijejali dengan informasi
yang terlalu banyak sampai tidak sanggup lagi mengingat informasi yang masuk?
Anak-anak yang otaknya belum cukup berkembang dengan baik rentan mengalami
tekanan apabila mendapatkan input yang melibatkan unsur berpikir seperti pada
belajar membaca.
Itulah
yang menjadi penyebab beberapa orang berpendapat bahwa belajar membaca akan
membuat anak-anak tertekan. Pada kasus tertentu, hal ini terlihat benar adanya.
Misalnya pada sistem belajar membaca yang mengharuskan anak didiknya
menyelesaikan satu halaman buku setiap harinya dan mentarget siswa dengan
target yang ditentukan oleh guru yang sifatnya menekan.
Dan seperti halnya
dengan anda, anak-anak yang mengalami tekanan karena terlalu banyaknya arus
informasi yang diterima otaknya akan menunjukkan kelelahan, lemah semangat
belajar dan sulit mengingat apapun yang diterimanya.
Bahkan
dalam kasus tertentu anak menjadi kehilangan semangat dan mogok sekolah. Tetapi
tidak semua anak yang bosan sekolah disebabkan oleh belajar membaca. Bisa juga
sebagian anak malas ke sekolah disebabkan oleh suasana sekolah yang
membosankan. Guru yang mengajar secara monoton dan membuat siswa tidak memiliki
alasan untuk berangkat sekolah dan malas, kasus terbanyak ternyata akibat
kecanduan game atau playstation.
Bahkan
juga anak SMP maupun SMA bolos sekolah dan pamit ingin belajar namun ternyata
tidak pernah sampai ke sekolah dan malah nongkrong di warnet bermain game
online dengan temannya. Pada saat ini, anak TK pun banyak yang kecanduan game
online dan semacamnya sehingga belajar di sekolah adalah hal yang tidak
menyenangkan baginya karena kalah dengan keasyikannya bermain game.
Apabila
anak Anda balajar membaca bahkan dengan menggunakan buku, namun cara belajarnya
tanpa target dan tidak memaksakan, maka situasi masih bisa terkendali. Walaupun
belajar menggunakan buku kurang menarik dan kurang sesuai dengan dunia
anak-anak. Itulah sebabnya, pendekatan yang dilakukan harus benar-benar bisa
“mengambil alih dunianya” supaya anak tetap merasakan nikmatnya belajar.
Inilah
salah satu alasan, mengapa ABACA Flashcard mengusung tema game dengan tingkat
kesulitan yang rendah supaya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari
game-game yang kurang mendidik. Menurut riset, pada saat anak-anak belajar
dengan perasaan senang dan tidak tertekan, hal ini sangat baik bagi tumbuh
kembangnya otak. Bahkan menurut Prof. Emeritus dari Bowling Green University,
materi pelajaran yang dikombinasikan dengan game menjadikan anak lupa bahwa dia
sedang belajar.
Ini
bisa menyembuhkan kerusakan otak bagian depan yang berfungsi mengontrol
pengendalian diri sebagaimana yang sering dialami oleh penderita Attention
Defisit Hyperactive Disorder (ADHD). Itulah yang menjadikan jawaban mengapa
sebagian anak dengan masalah ADHD bisa diterapi menggunakan ABACA Flashcard.
Bahkan beberapa kasus menunjukkan perkembangan luar biasa. Tak hanya mampu
mengendalikan perilaku agresif, namun dapat pula membuat anak dapat membaca dan
menghilangkan tekanan selama proses belajar.
I. TAHAPAN DALAM BELAJAR MEMBACA UNTUK
MENGHINDARI TEKANAN PADA ANAK
Para pakar anak dari Universitas ternama di
Amerika Serikat seperti Havard University, memiliki pendapat bahwa belajar
membaca tidak dapat dilakukan sebelum otak anak itu cukup berkembang dengan
sempurna. Menurut data statistik dan riset, minimal angka kesiapan bisa dimulai
pada saat anak berusia 4 tahun. Namun, angka ini tidak berlaku universal. Artinya,
tidak semua anak siap untuk membaca pada usia ini. Dari data statistik, masih
ditemukan angka sebesar 10% anak yang belum mampu memahami simbol atau huruf
pada usia 4 tahun.
Rata-rata anak yang menunjukkan kesiapan
merupakan anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika Matematika tinggi. Salah
satunya dicirikan pada kemampuan anak dalam memecahkan masalah yang terkait
dengan kegiatan kognitif, membuat pola warna dan mengenal bentuk-bentuk bidang
pada usia dini. Sebagian besar anak dengan kecerdasan logika tinggi mampu
memahami pola warna dan menguasai seluruh warna komplek pada usia kurang dari 3
tahun.
Warna kompleks yang dimaksud yaitu warna
hijau tua, hijau muda, coklat tua, coklat muda, jingga, abu-abu, dll. Dan juga
mampu mengenali bentuk semua bidang datar seperti persegi, segitiga, dll.
Mengapa tahapan dalam belajar membaca harus seperti ini?
Karena untuk memahami
bentuk huruf yang mempunyai 26 bentuk dengan lekukan yang rumit tersebut
memerlukan usaha ekstra dan kematangan otaknya.
Apabila bentuk bidang datar yang jauh lebih
mudah saja anak sulit untuk menguasainya, maka jangan pernah mengharapkan anak
mampu untuk mengingat nama huruf dan bentuknya. Karena itu menandakan bahwa
otak anak belum siap. Huruf ataupun angka adalah sesuatu yang abstrak bagi
anak-anak pada usia dini. Artinya, angka 3 bukanlah pisang atau mangga. Angka 3
adalah sebuah simbol yang mewakili definisi benda yang dijejerkan dalam bentuk
tertentu.
Sehingga untuk memahami makna angka 3 ini,
anak harus memahami konsep berhitung terlebih dahulu. Apabila anak belum bisa
menguasai konsep berhitung, maka jangan berikan beban kepadanya dengan
menghafal atau mengingat simbol, baik angka maupun huruf. Tahapan dalam belajar
membaca tersebut apabila tidak dilakukan, cenderung menyebabkan anak-anak
merasa kesulitan. Dan pada level tertentu apabila pengajarnya tidak sabar, maka
anak-anak akan tertekan dan tidak bisa menikmati proses belajar yang dilakukan.
Itulah sebabnya, orang tua perlu untuk
memahami tahapan-tahapannya. Persiapkan terlebih dahulu keterampilan yang perlu
dikuasai anak untuk bisa membaca. Antara lain tes warna-warna kompleks (bukan
hanya sekedar warna-warna dasar saja), bentuk bidang-bidang datar, konsep dalam
berhitung, serta kemampuan menalar sebuah peristiwa, dll. Apabila semua tahapan
ini masih lemah dan belum dikasai oleh anak dengan baik, maka tundalah dahulu
belajar hurufnya.
Huruf maupun angka adalah hal yang abstrak,
maka diperlukan perlakukan yang khusus dalam tahapan pengenalannya. Dari
beberapa testimoni yang masuk serta berbagai pengamatan pada beberapa TK yang
memakai media buku belajar membaca, banyak sekali anak usia TK yang justru
“kabur” ketika belajar menulis atau membaca di sekolahnya. Sebagian anak
bersembunyi di arena permainan, dan sebagian lagi mogok dan hanya memandangi
buku tanpa mau serius belajar.
Bahkan anak dengan kecerdasan logika tinggi yang
bisa menguasai atau menghafal huruf di usia dini, tidak begitu antusias untuk
belajar membaca. Akibatnya, mereka cepat merasa lelah padahal baru membaca setengah
halaman saja. Sebagian lagi, tidak mau membaca satu halaman penuh dan terlihat
ngos-ngosan dalam menyelesaikannya.
Kenapa anak-anak cenderung bersikap demikian?
Huruf ataupun angka, keduanya adalah simbol
yang menurut anak-anak usia dini yang otaknya belum cukup berkembang, adalah
hal yang abstrak. Pemikiran ini mirip seperti pada remaja SMP atau SMA yang
disuruh menghafalkan rumus Matematika atau Fisika. Semua rumus adalah hal yang
abstrak yang mewakili sebuah kejadian alam. Misal, dalam rumus gaya dengan
simbol huruf F, Anda akan menemukan banyak sekali simbol seperti huruf m yang
mewakili massa benda serta huruf a yang mewakili percepatan pada benda.
Inilah yang disebut dengan simbol yang
abstrak. Anak SMP atau SMA yang tidak pernah mempelajarinya pasti akan bingung
apabila disodori simbol-simbol seperti pada rumus Fisika Gaya. Bahkan,
sekalipun sudah dijelaskan oleh guru di sekolah, anak-anak ini tetap saja
merasa kesulitan dan nilainya sering kali jelek untuk mata pelajaran Matematika
maupun Fisika (karena melibatkan sesuatu yang abstrak tadi, yaitu rumus).
Analogi tersebut hampir sama dengan anak-anak TK yang dunianya adalah bermain
dan otaknya masih dalam tahap berkembang. Melihat huruf ataupun angka bagi
mereka adalah hal yang abstrak.
Itulah sebabnya, mengapa sebagian besar dari
mereka kesulitan menghafal huruf ataupun simbol. Seperti kesulitan yang dialami
oleh anak SMP yang diminta guru Matematikanya untuk menghafalkan rumus.
Segala sesuatu yang sifatnya abstrak itu
mempunyai tingkat kesulitan yang ttingi, sehingga diperlukan cara yang kreatif
supaya anak-anak bisa mengasai materi abstrak dengan cara lebih mudah. Itulah
salah satu yang menjadikan lahirnya metode baca super cepat ABACA Flashcard,
yang mampu memetakan kesulitan anak-anak pada usia dini, supaya mereka bisa
menerima materi abstrak dengan lebih mudah dan lebih menyenangkan.
Berikut ini adalah tahapan dalam belajar
membaca yang dibutuhkan anak untuk belajar huruf. Pada saat anak sudah
menguasai semua warna (termasuk warna-warnaya yang kompleks), juga pada bentuk
bidang datar, konsep besar dan kecil, tinggi dan rendah, cukup dan tidak cukup,
dll. Maka perlu kita tes terlebih dahulu kesiapan belajar membaca dengan
menggunakan ABACA Flashcard.
1. Belajar dengan memakai kartu ABACA
Flashcard panen es krim dan mengeluarkan 5 kartu terlebih dahulu. Perhatikan
kemampuan anak dalam menghafal dan ketika proses belajar yang dilakukan.
Apakah
anak lebih menyukai gambarnya daripada hurufnya ataukan anak susah untuk
mengingat huruf yang ditanyakan kepadanya?
Apakah level kesulitannya cukup
tinggi?
Jika hal itu terjadi maka hentikan dulu belajarnya. Anak tertekan berarti STOP dulu. Meskipun
ABACA Flashcard mengklasifikasikan tingkat kesulitan pada pengenalan terhadap
huruf dan mengurutkannya dari yang tingkat kesulitannya paling rendah (pada box
1 panen es krim), namun apabila anak tidak bisa menguasai yang ada pada urutan
paling mudah di box 1, maka artinya ditunda dulu belajarnya.
Bahkan Anda tidak
perlu untuk terburu-buru sebelum anak memasuki usia 6 tahun. Karena di negara
maju seperti Swedia yang mempunyai sistem pendidikan terbaik di dunia,
mengajarkan materi membaca di usia 7 tahun. Yakni pada saat anak hampir 100%
telah siap belajar membaca.
2. Setelah anak mampu lulus seri membaca 1,
maka ujilah kemampuannya untuk membaca kalimat dengan menjejerkan 2 atau 3
kartu dan tingkatkan level kesulitannya supaya anak tidak merasa jenuh.
Kemudian jumlahkan poinnya apabila anak bisa membaca kalimat pada kartu yang
dijejerkan. Dengan cara seperti itu berarti anak telah dipersiapkan untuk
belajar ke level selanjutnya yang lebih sulit lagi yaitu belajar membaca
menggunakan buku belajar membaca.
3. Gunakan buku belajar membaca yang memahami
perkembangan otak anak, yang terstruktur kalimatnya, dan cocok ketika digunakan
untuk pemula apabila anak sudah menguasai ketiga seri ABACA Flashcard. Carikan
buku menarik supaya anak bisa menyelesaikan setiap halamannya tanpa merasa
ngos-ngosan.
Ketiga tahapan dalam belajar membaca di atas
perlu dilalui supaya pembelajaran huruf menjadi menyenangkan untuk anak usia
dini.
Mengapa belajar memakai flashcard lebih mudah dibandingkan dengan buku?
Karena varabel huruf dalam setiap halaman buku sangat banyak, berbeda dengan
flashcard yang pada setiap kartunya hanya memuat satu suku kata (yaitu dua
huruf) yang polanya teratur. Itulah sebabnya, perlu mengkampanyekan tentang
pentingnya penggunaan ABACA Flashcard sebagai tahap awal belajar membaca
sebelum menggunakan buku. Agar proses yang dilakukan smooth dan mengurangi
perasaat tertekan pada anak-anak. Karena ABACA Flashcard sangat ramah otak dan
memahami kebutuhan serta perkembangan anak-anak.
J. MENGHAFAL NAMA HURUF DULU ATAU LANGSUNG
BELAJAR MEMBACA SUKU KATA?
Hampir semua orang tua ataupun guru selalu
menghafal nama huruf dulu sebalum memulai belajar membaca. Dengan harapan,
anak-anak bisa cepat menguasai materi, yakni bisa membaca dalam waktu yang
singkat. Namun sebagian orang tua menjadi kebingungan, mengapa anak-anak yang
mengenal nama huruf seperti a, b, c, dst selalu mempunyai kecenderungan mengeja
ketika membaca suku kata. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan peristiwa ini.
Proses belajar membaca akan melibatkan dua
komponen, yaitu pada saat menghafal nama huruf dan memahami karakter huruf pada
saat bertemu dengan huruf lainnya.
Namun komponen yang paling penting yang
menentukan kemampuan membaca adalah anak diberitahu
tata cara membaca suku kata bukan menghafal nama huruf yang terangkai dalam
setiap suku kata.
Karena dalam proses membaca lebih membutuhkan
kemampuan melafalkan sifat atau bunyi huruf apabila bertemu dengan huruf
lainnya, seperti yang ada pada metode pengenalan suku kata dibandingkan
mengenal nama huruf satu persatu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk anak
agar sampai bisa membaca.
Hal yang harus mendapatkan perhatian orang
tua atau guru adalah bisa memisahkan sebuah “kewajaran” dari peristiwa dengan
“kesalahan”. Apabila anak Anda tidak pernah menghafal nama huruf maka dia akan
mudah sekali menerima konsep bahwa simbol “ba” itu dibaca “ba”, dan seterusnya.
Namun dia akan sering salah ketika menyebutkan nama huruf, contoh menyebut
huruf “b” sebagai “ba”. Hal ini bukanlah kesalahan, namun kewajaran, disebabkan
anak memang belum memahami nama huruf. Tetapi keuntungan anak yang belum
mengenal nama huruf, tidak mempunyai kecenderungan mengeja huruf pada saat
diberitahukan kepadanya suku kata “ba”, “ca”, dll.
Nah, bagaimana apabila anak sudah terlanjur menghafal nama huruf?
Apabila hal itu terjadi, maka janganlah panik. Memang
akan ada sedikit kendala, namun tidak perlu dipermasalahkan.
Anak-anak yang mengenal nama huruf terlebih
dahulu apabila belajar menggunakan ABACA Flashcard akan mempunyai kecenderungan
mengeja atau menyebut nama-nama huruf pembentuk suku kata. Contoh ketika
menyebutkan huruf “b” dan “a” pada saat disodori suku kata “ba”. Apabila
menghadapi masalah seperti ini, jangan panik. Lakukan pendekatan yang membuat
anak memahami polanya. Beritahukan empat kartu dulu dan pahamkan anak tersebut
terhadap polanya.
Contohnya, beritahukan kepada anak polanya
dengan mengatakan seperti ini:
b bertemu “a” itu “ba”
c bertemu “a” itu “ca”
f bertemu “a” itu “fa”
g bertemu “a” itu “ga”
Lalu ulangi dengan pertanyaan di atas. Ulangi
sampai anak tidak lagi melakukan kesalahan. Kemudian setelah itu hilangkan kata
“bertemu” dan tunjukkan kartu abaca mulai dari ba, ca, fa, ga dengan mengubah
pertanyaan, “Ini apa sayang?” Lakukan hal ini beberapa kali sampai anak tidak
lagi melakukan kesalahan dan langsung menghilangkan kebiasaan mengejanya.
Apabila anak sudah paham polanya, maka
tambahkan lagi kartunya. Kemudian tanyakan kepada anak dengan permainan seperti
tebak-tebakan. Apabila anak sudah paham polanya, maka tidak perlu waktu lama
lagi untuk lulus seri 1. Anak-anak yang menghafal nama huruf terlebih dahulu
mempunyai keistimewaan atau kelebihan dapat menyelesaikan Abaca lebih cepat
dibandingkan anak yang tidak mengenal sama sekali nama huruf terlebih dahulu.
Namun dengan syarat bahwa anak harus paham
polanya terlebih dahulu. Apabila anak belum paham polanya, maka waktu yang
dibutuhkan bisa sedikit lebih lama. Bahkan jauh lebih lama dibandingkan dengan
anak-anak yang belajar langsung pengenalan suku kata. Namun dari pengamatan
terhadap beberapa anak yang pernah dites memakai Abaca dan menghafal nama huruf
dahulu, ternyata grafik pengenalan suku kata dan penguasaan materi membacanya
dapat lebih cepat dibandingkan anak yang belajar membaca tanpa memahami pola
suku kata.
Perbedannya hanya pada penguasaan ABACA
Flashcard seri membaca 1 saja, selanjutnya ke ABACA Flashcard seri membaca 2, perbedaan waktu penguasaan materi tidak terlalu signifikan antara anak yang
menghafal nama huruf terlebih dahulu dengan yang langsung belajar suku kata.
Kapan anak yang belajar membaca langsung
memakai metode pengenalan suku kata? Jawabnya adalah tergantung keadaan. Bisa
usia 6 tahun, bisa pula usia 5 tahun. Tergantung kebutuhan dan keadaan. Yang
jelas perlu diingat adalah, bahwa untuk sekedar bisa membaca, anak tidak perlu
mengenal nama huruf.
Apabila anak sudah
menginjak usia SD dan menemui pelajaran Matematika, atau ilmu eksak yang
seringnya menyebutkan simbol nama huruf tertentu untuk mendefinisikan besaran
tertentu, maka anak sudah harus bisa mengenal nama-nama huruf secara
keseluruhan supaya tidak kebingungan pada saat dituntut untuk mengenal nama
huruf yang mewakili simbol tertentu dalam pelajaran eksak. Kemampuan membaca
akan sempurna apabila nama huruf pun diketahui oleh anak, meskipun sebenarnya
kebutuhan tersebut tidaklah terlalu mendesak saat usia TK.
Selanjutnya ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 5-Tamat)
ABACA FLASHCARD TIDAK DIJUAL DITOKO BUKU, DAPATKAN HANYA DI DISTRIBUTOR DAN AGEN RESMI.
Kami agen resmi ABACA Flashcard di Kota Semarang menyediakan berbagai Seri ABACA Flashcard sebagai media mainan edukasi yaitu mengajar anak membaca melalui permainan.
Apabila Anda ingin melihat produk beserta spesifikasinya, silahkan klik di sini
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar