Kamis, 02 Februari 2017

Mainan Edukasi ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 4)


E. PERMAINAN SANGAT EFEKTIF MENCIPTAKAN KECINTAAN ANAK PADA PROSES BELAJAR.

Apa akibatnya jika ABACA Flashcard diterapkan di kelas (di sekolah)? Apabila permainan ABACA Flashcard ini diterapkan di kelas. Tak hanya kebahagiaan tersebut akan terus diingat sepanjang masa. Materi ABACA Flashcard yang dianggap mudah oleh rata-rata anak, dibandingkan buku belajar membaca, membuat proses permainan benar-benar terasa bermain padahal sedang belajar. Unsur bebannya hilang. Dan kebahagiaan inilah yang terpancar pada anak-anak yang membuat mereka betah di sekolahnya. Selamat, Anda pun menjadi guru favorit bagi murid-murid!

Sebuah penelitian telah dilakukan Universitas Pensylvania dengan melibatkan 64 peserta. Penilitian ini berlangsung selama kurang lebih 20 tahun. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan pada pertemuan rutin tahunan Society fo Neurosciences di New Orleans. Hasil penelitian menyebutkan bahwa stimulasi kognitif orang tua kepada anak yang berusia sekitar 4 tahun mempunyai andil untuk perkembangan otak anak di usia 15 tahun. 

Para peneliti mengobservasi, apakah di rumah peserta terdapat mainan yang mengajarkan tentang warna, angka, huruf dan lain-lain. Para peneliti juga menilai bagaimana para orang tua tersebut mengasuh anak-anaknya. Apakah penuh dengan kasih sayang, sering diajak bermain, dll. Pada saat usia peserta 17 tahun dan 19 tahun, otak mereka kemudian discan kembali.

Bermain ABACA Flashcard mampu mengembangkan keterampilan kognitif, sosial, dan juga emosional anak. Orang tua yang mau menyediakan waktu untuk anak-anaknya dengan bermain ABACA Flashcard di rumah dan memberikan pengasuhan yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya, berarti ia telah memberikan investasi yang besar pada perkembangan otak anak di masa yang akan datang.


F. MANA YANG TERBAIK, MEMBERIKAN LES MEMBACA ATAU MENGAJAR ANAK MEMBACA?

ABACA Flashcard bukan hanya sekedar kartu belajar membaca yang biasa, tapi lebih pada bentuk cinta dan kasih sayang terhadap anak. Sering kita menemui orang tua yang menitipkan anaknya ke tempat les baca. Hasilnya, anak bisa baca. 

Tapi bagaimana dengan perkembangan psikologis anak? 

Bagaimana kedekatan emosi anak dengan orang tuanya? 

Bagaimana keakraban anak dengan orang tuanya? 

Hampir dipastikan tidak ada les baca yang mampu memberikan semua itu kepada anak. Memang tidak dipungkiri, sebagian orang tua merasa canggung bermain dengan anaknya disebabkan kurang sabar. Jika orang tua cukup mampu bersabar, maka mengajari anak belajar membaca jauh lebih baik dibanding menyerahkannya kepada orang lain. Melalui media bermain ABACA Flashcard, orang tua bisa bermain, bercanda, tertawa serta bersuka ria bersama anak dengan bermain-main game yang ada di ABACA Flashcard.

Game ABACA Flashcard membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Kartu-kartu dengan gambar yang full color tentu mempunyai daya tarik tersendiri. Begitu pun dengan gamenya. Setiap seri di dalam ABACA Flashcard selalu dilengkapi dengan permainan. Antara lain game panen es krim, kisah sains tentang strawberry, petualangan mencari harta karun di ladang yang penuh coklat. 

Dan yang tidak kalah serunya adalah game berburu di istana Raja Donat. Inilah yang membuat ABACA Flashcard berbeda dengan kartu-kartu flashcard yang ada di pasaran. Semua seri ABACA Flashcard ada permainannya.

Bagaimana dengan orang tua yang kerja di luar rumah? Yuk, luangkan waktu 10-15 menit untuk bermain ABACA Flashcard dengan anak di rumah setiap harinya. Tidak berat bukan? Dan bersiaplah, orang tua akan merasakan dahsyatnya ABACA Flashcard dimainkan bersama dengan anak di rumah.

Tetapi yang sabar dan telaten, ya. Proses pertumbuhan dan perkembangan kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ini hal yang lumrah terjadi.


G. BAGAIMANA MENGAJARKAN KONSEP MENULIS MENGGUNAKAN ABACA FLASHCARD?

Sebelum anak belajar menulis, pastikan dia telah lulus ABACA Flashcard terlebih dahulu. Dan lihat pula kesiapannya. Jika anak telah lulus seri 1 hingga 3 ABACA Flashcard, kemudian anak terlihat sering coret-coret kertas untuk menulis huruf, maka kemungkinan dia telah siap belajar menulis.

Sama seperti belajar membaca, mintalah pada anak menulis suku kata seri 1 ABACA Flashcard, dimulai dengan huruf “a”. Jika anak berhasil menulis “a” maka lanjutkan dengan menulis “ba”. Biasanya anak akan melakukan kesalahan penulisan dengan menulis ‘ba’ menjadi ‘ab’. Jika itu terjadi, jangan panik karena itu memang tahapannya. 

Dan sekali lagi, jangan pernah mengatakan kata negatif seperti, ‘salah’. Ubahlah kata salah dengan pujian seperti, “Wah adik benar, keren, cuma letak ‘a’ nya di belakang, ya dik. Ayo kita main lagi yuk.” Dan ketika anak berhasil menuliskan dengan benar hasil koreksiannya, bermainlah panen es krim agar belajarnya makin seru.

Lalu mintalah dia menulis ‘ca’, dan umumnya akan melakukan kesalahan dengan menuliskan ‘ac’. Tidak apa-apa dan ingat, jangan mengkritiknya ya dengan mengatakan ‘salah’. Cukup beritahukan ke anak, “Wah baik sekali, adek benar, cuma letak ‘a’ nya di belakang ya dik.”

Lakukan langkah di atas, untuk kartu ‘fa’ dan ‘ga’. Cukup 5 kartu dahulu sebagai permulaannya. Ulangi terus langkah di atas sampai anak memahami polanya. Jika anak telah memahami polanya, maka proses belajar menulis akan semakin cepat dengan menggunakan ABACA Flashcard.

Menstimulasi otak anak berarti memberikan perhatian lebih kepada anak dengan memancing rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang baru. Hal tersebut dilakukan tanpa paksaan.


H. MENGAPA ABACA FLASHCARD MAMPU MENGHILANGKAN TEKANAN PADA ANAK SAAT BELAJAR MEMBACA?

Pernahkan Anda mengalami sebuah kondisi yang sangat tertekan karena guru Anda memberikan tugas yang terlalu banyak? 

Masih ingatkah Anda saat dikejar-kejar deadline oleh Dosen Anda? 

Atau Anda akan menghadapi ujian yang menentukan kelulusan, namun karena Anda jarang belajar maka persiapan ujian pun harus ekstra keras bahkan sampai tidak tidur semalaman? 

Apa yang terjadi pada saat ujian tiba? 

Ternyata Anda lupa sebagian besar yang Anda pelajari semalam dan otak Anda terasa lemot dan perasaan mood Anda menjadi hilang.

Inilah yang disebut dengan kondisi tertekan. Pada saat itu, arus informasi bertubi-tubi masuk ke otak Anda sehingga tidak punya waktu untuk beristirahat. Ketika hal tersebut terjadi, maka otak tidak dapat bekerja dengan baik karena terlalu lelah. Dan memori jangka panjang Anda tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik karena penyimpanan informasinya tidak sesuai dengan cara kerja memori jangka panjang. 

Riset membuktikan bahwa belajar dengan banyak jeda dan istirahat dan dalam keadaan yang bahagia, akan membuat otak fresh dan mampu mencerna informasi yang diterimanya dengan sangat baik tanpa mengalami kondisi yang tertekan.

Nah, bagaimana apabila kondisi tersebut dialami oleh anak-anak? 

Apa yang terjadi saat mereka minim sekali istirahat dan otak mereka dijejali dengan informasi yang terlalu banyak sampai tidak sanggup lagi mengingat informasi yang masuk? 

Anak-anak yang otaknya belum cukup berkembang dengan baik rentan mengalami tekanan apabila mendapatkan input yang melibatkan unsur berpikir seperti pada belajar membaca.

Itulah yang menjadi penyebab beberapa orang berpendapat bahwa belajar membaca akan membuat anak-anak tertekan. Pada kasus tertentu, hal ini terlihat benar adanya. Misalnya pada sistem belajar membaca yang mengharuskan anak didiknya menyelesaikan satu halaman buku setiap harinya dan mentarget siswa dengan target yang ditentukan oleh guru yang sifatnya menekan. 

Dan seperti halnya dengan anda, anak-anak yang mengalami tekanan karena terlalu banyaknya arus informasi yang diterima otaknya akan menunjukkan kelelahan, lemah semangat belajar dan sulit mengingat apapun yang diterimanya.

Bahkan dalam kasus tertentu anak menjadi kehilangan semangat dan mogok sekolah. Tetapi tidak semua anak yang bosan sekolah disebabkan oleh belajar membaca. Bisa juga sebagian anak malas ke sekolah disebabkan oleh suasana sekolah yang membosankan. Guru yang mengajar secara monoton dan membuat siswa tidak memiliki alasan untuk berangkat sekolah dan malas, kasus terbanyak ternyata akibat kecanduan game atau playstation.

Bahkan juga anak SMP maupun SMA bolos sekolah dan pamit ingin belajar namun ternyata tidak pernah sampai ke sekolah dan malah nongkrong di warnet bermain game online dengan temannya. Pada saat ini, anak TK pun banyak yang kecanduan game online dan semacamnya sehingga belajar di sekolah adalah hal yang tidak menyenangkan baginya karena kalah dengan keasyikannya bermain game.

Apabila anak Anda balajar membaca bahkan dengan menggunakan buku, namun cara belajarnya tanpa target dan tidak memaksakan, maka situasi masih bisa terkendali. Walaupun belajar menggunakan buku kurang menarik dan kurang sesuai dengan dunia anak-anak. Itulah sebabnya, pendekatan yang dilakukan harus benar-benar bisa “mengambil alih dunianya” supaya anak tetap merasakan nikmatnya belajar.

Inilah salah satu alasan, mengapa ABACA Flashcard mengusung tema game dengan tingkat kesulitan yang rendah supaya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari game-game yang kurang mendidik. Menurut riset, pada saat anak-anak belajar dengan perasaan senang dan tidak tertekan, hal ini sangat baik bagi tumbuh kembangnya otak. Bahkan menurut Prof. Emeritus dari Bowling Green University, materi pelajaran yang dikombinasikan dengan game menjadikan anak lupa bahwa dia sedang belajar.

Ini bisa menyembuhkan kerusakan otak bagian depan yang berfungsi mengontrol pengendalian diri sebagaimana yang sering dialami oleh penderita Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD). Itulah yang menjadikan jawaban mengapa sebagian anak dengan masalah ADHD bisa diterapi menggunakan ABACA Flashcard. Bahkan beberapa kasus menunjukkan perkembangan luar biasa. Tak hanya mampu mengendalikan perilaku agresif, namun dapat pula membuat anak dapat membaca dan menghilangkan tekanan selama proses belajar.


I. TAHAPAN DALAM BELAJAR MEMBACA UNTUK MENGHINDARI TEKANAN PADA ANAK

Para pakar anak dari Universitas ternama di Amerika Serikat seperti Havard University, memiliki pendapat bahwa belajar membaca tidak dapat dilakukan sebelum otak anak itu cukup berkembang dengan sempurna. Menurut data statistik dan riset, minimal angka kesiapan bisa dimulai pada saat anak berusia 4 tahun. Namun, angka ini tidak berlaku universal. Artinya, tidak semua anak siap untuk membaca pada usia ini. Dari data statistik, masih ditemukan angka sebesar 10% anak yang belum mampu memahami simbol atau huruf pada usia 4 tahun.

Rata-rata anak yang menunjukkan kesiapan merupakan anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika Matematika tinggi. Salah satunya dicirikan pada kemampuan anak dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kegiatan kognitif, membuat pola warna dan mengenal bentuk-bentuk bidang pada usia dini. Sebagian besar anak dengan kecerdasan logika tinggi mampu memahami pola warna dan menguasai seluruh warna komplek pada usia kurang dari 3 tahun.

Warna kompleks yang dimaksud yaitu warna hijau tua, hijau muda, coklat tua, coklat muda, jingga, abu-abu, dll. Dan juga mampu mengenali bentuk semua bidang datar seperti persegi, segitiga, dll. 

Mengapa tahapan dalam belajar membaca harus seperti ini? 

Karena untuk memahami bentuk huruf yang mempunyai 26 bentuk dengan lekukan yang rumit tersebut memerlukan usaha ekstra dan kematangan otaknya.

Apabila bentuk bidang datar yang jauh lebih mudah saja anak sulit untuk menguasainya, maka jangan pernah mengharapkan anak mampu untuk mengingat nama huruf dan bentuknya. Karena itu menandakan bahwa otak anak belum siap. Huruf ataupun angka adalah sesuatu yang abstrak bagi anak-anak pada usia dini. Artinya, angka 3 bukanlah pisang atau mangga. Angka 3 adalah sebuah simbol yang mewakili definisi benda yang dijejerkan dalam bentuk tertentu.

Sehingga untuk memahami makna angka 3 ini, anak harus memahami konsep berhitung terlebih dahulu. Apabila anak belum bisa menguasai konsep berhitung, maka jangan berikan beban kepadanya dengan menghafal atau mengingat simbol, baik angka maupun huruf. Tahapan dalam belajar membaca tersebut apabila tidak dilakukan, cenderung menyebabkan anak-anak merasa kesulitan. Dan pada level tertentu apabila pengajarnya tidak sabar, maka anak-anak akan tertekan dan tidak bisa menikmati proses belajar yang dilakukan.

Itulah sebabnya, orang tua perlu untuk memahami tahapan-tahapannya. Persiapkan terlebih dahulu keterampilan yang perlu dikuasai anak untuk bisa membaca. Antara lain tes warna-warna kompleks (bukan hanya sekedar warna-warna dasar saja), bentuk bidang-bidang datar, konsep dalam berhitung, serta kemampuan menalar sebuah peristiwa, dll. Apabila semua tahapan ini masih lemah dan belum dikasai oleh anak dengan baik, maka tundalah dahulu belajar hurufnya.

Huruf maupun angka adalah hal yang abstrak, maka diperlukan perlakukan yang khusus dalam tahapan pengenalannya. Dari beberapa testimoni yang masuk serta berbagai pengamatan pada beberapa TK yang memakai media buku belajar membaca, banyak sekali anak usia TK yang justru “kabur” ketika belajar menulis atau membaca di sekolahnya. Sebagian anak bersembunyi di arena permainan, dan sebagian lagi mogok dan hanya memandangi buku tanpa mau serius belajar. 

Bahkan anak dengan kecerdasan logika tinggi yang bisa menguasai atau menghafal huruf di usia dini, tidak begitu antusias untuk belajar membaca. Akibatnya, mereka cepat merasa lelah padahal baru membaca setengah halaman saja. Sebagian lagi, tidak mau membaca satu halaman penuh dan terlihat ngos-ngosan dalam menyelesaikannya.

Kenapa anak-anak cenderung bersikap demikian?

Huruf ataupun angka, keduanya adalah simbol yang menurut anak-anak usia dini yang otaknya belum cukup berkembang, adalah hal yang abstrak. Pemikiran ini mirip seperti pada remaja SMP atau SMA yang disuruh menghafalkan rumus Matematika atau Fisika. Semua rumus adalah hal yang abstrak yang mewakili sebuah kejadian alam. Misal, dalam rumus gaya dengan simbol huruf F, Anda akan menemukan banyak sekali simbol seperti huruf m yang mewakili massa benda serta huruf a yang mewakili percepatan pada benda.

Inilah yang disebut dengan simbol yang abstrak. Anak SMP atau SMA yang tidak pernah mempelajarinya pasti akan bingung apabila disodori simbol-simbol seperti pada rumus Fisika Gaya. Bahkan, sekalipun sudah dijelaskan oleh guru di sekolah, anak-anak ini tetap saja merasa kesulitan dan nilainya sering kali jelek untuk mata pelajaran Matematika maupun Fisika (karena melibatkan sesuatu yang abstrak tadi, yaitu rumus). Analogi tersebut hampir sama dengan anak-anak TK yang dunianya adalah bermain dan otaknya masih dalam tahap berkembang. Melihat huruf ataupun angka bagi mereka adalah hal yang abstrak.

Itulah sebabnya, mengapa sebagian besar dari mereka kesulitan menghafal huruf ataupun simbol. Seperti kesulitan yang dialami oleh anak SMP yang diminta guru Matematikanya untuk menghafalkan rumus.

Segala sesuatu yang sifatnya abstrak itu mempunyai tingkat kesulitan yang ttingi, sehingga diperlukan cara yang kreatif supaya anak-anak bisa mengasai materi abstrak dengan cara lebih mudah. Itulah salah satu yang menjadikan lahirnya metode baca super cepat ABACA Flashcard, yang mampu memetakan kesulitan anak-anak pada usia dini, supaya mereka bisa menerima materi abstrak dengan lebih mudah dan lebih menyenangkan.

Berikut ini adalah tahapan dalam belajar membaca yang dibutuhkan anak untuk belajar huruf. Pada saat anak sudah menguasai semua warna (termasuk warna-warnaya yang kompleks), juga pada bentuk bidang datar, konsep besar dan kecil, tinggi dan rendah, cukup dan tidak cukup, dll. Maka perlu kita tes terlebih dahulu kesiapan belajar membaca dengan menggunakan ABACA Flashcard.

1. Belajar dengan memakai kartu ABACA Flashcard panen es krim dan mengeluarkan 5 kartu terlebih dahulu. Perhatikan kemampuan anak dalam menghafal dan ketika proses belajar yang dilakukan. 

Apakah anak lebih menyukai gambarnya daripada hurufnya ataukan anak susah untuk mengingat huruf yang ditanyakan kepadanya? 

Apakah level kesulitannya cukup tinggi? 

Jika hal itu terjadi maka hentikan dulu belajarnya. Anak tertekan berarti STOP dulu. Meskipun ABACA Flashcard mengklasifikasikan tingkat kesulitan pada pengenalan terhadap huruf dan mengurutkannya dari yang tingkat kesulitannya paling rendah (pada box 1 panen es krim), namun apabila anak tidak bisa menguasai yang ada pada urutan paling mudah di box 1, maka artinya ditunda dulu belajarnya. 

Bahkan Anda tidak perlu untuk terburu-buru sebelum anak memasuki usia 6 tahun. Karena di negara maju seperti Swedia yang mempunyai sistem pendidikan terbaik di dunia, mengajarkan materi membaca di usia 7 tahun. Yakni pada saat anak hampir 100% telah siap belajar membaca.

2. Setelah anak mampu lulus seri membaca 1, maka ujilah kemampuannya untuk membaca kalimat dengan menjejerkan 2 atau 3 kartu dan tingkatkan level kesulitannya supaya anak tidak merasa jenuh. Kemudian jumlahkan poinnya apabila anak bisa membaca kalimat pada kartu yang dijejerkan. Dengan cara seperti itu berarti anak telah dipersiapkan untuk belajar ke level selanjutnya yang lebih sulit lagi yaitu belajar membaca menggunakan buku belajar membaca.

3. Gunakan buku belajar membaca yang memahami perkembangan otak anak, yang terstruktur kalimatnya, dan cocok ketika digunakan untuk pemula apabila anak sudah menguasai ketiga seri ABACA Flashcard. Carikan buku menarik supaya anak bisa menyelesaikan setiap halamannya tanpa merasa ngos-ngosan.

Ketiga tahapan dalam belajar membaca di atas perlu dilalui supaya pembelajaran huruf menjadi menyenangkan untuk anak usia dini. 

Mengapa belajar memakai flashcard lebih mudah dibandingkan dengan buku? 

Karena varabel huruf dalam setiap halaman buku sangat banyak, berbeda dengan flashcard yang pada setiap kartunya hanya memuat satu suku kata (yaitu dua huruf) yang polanya teratur. Itulah sebabnya, perlu mengkampanyekan tentang pentingnya penggunaan ABACA Flashcard sebagai tahap awal belajar membaca sebelum menggunakan buku. Agar proses yang dilakukan smooth dan mengurangi perasaat tertekan pada anak-anak. Karena ABACA Flashcard sangat ramah otak dan memahami kebutuhan serta perkembangan anak-anak.


J. MENGHAFAL NAMA HURUF DULU ATAU LANGSUNG BELAJAR MEMBACA SUKU KATA?

Hampir semua orang tua ataupun guru selalu menghafal nama huruf dulu sebalum memulai belajar membaca. Dengan harapan, anak-anak bisa cepat menguasai materi, yakni bisa membaca dalam waktu yang singkat. Namun sebagian orang tua menjadi kebingungan, mengapa anak-anak yang mengenal nama huruf seperti a, b, c, dst selalu mempunyai kecenderungan mengeja ketika membaca suku kata. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan peristiwa ini.

Proses belajar membaca akan melibatkan dua komponen, yaitu pada saat menghafal nama huruf dan memahami karakter huruf pada saat bertemu dengan huruf lainnya. 

Namun komponen yang paling penting yang menentukan kemampuan membaca adalah anak diberitahu tata cara membaca suku kata bukan menghafal nama huruf yang terangkai dalam setiap suku kata

Karena dalam proses membaca lebih membutuhkan kemampuan melafalkan sifat atau bunyi huruf apabila bertemu dengan huruf lainnya, seperti yang ada pada metode pengenalan suku kata dibandingkan mengenal nama huruf satu persatu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk anak agar sampai bisa membaca.

Hal yang harus mendapatkan perhatian orang tua atau guru adalah bisa memisahkan sebuah “kewajaran” dari peristiwa dengan “kesalahan”. Apabila anak Anda tidak pernah menghafal nama huruf maka dia akan mudah sekali menerima konsep bahwa simbol “ba” itu dibaca “ba”, dan seterusnya. Namun dia akan sering salah ketika menyebutkan nama huruf, contoh menyebut huruf “b” sebagai “ba”. Hal ini bukanlah kesalahan, namun kewajaran, disebabkan anak memang belum memahami nama huruf. Tetapi keuntungan anak yang belum mengenal nama huruf, tidak mempunyai kecenderungan mengeja huruf pada saat diberitahukan kepadanya suku kata “ba”, “ca”, dll.

Nah, bagaimana apabila anak sudah terlanjur menghafal nama huruf? 

Apabila hal itu terjadi, maka janganlah panik. Memang akan ada sedikit kendala, namun tidak perlu dipermasalahkan.

Anak-anak yang mengenal nama huruf terlebih dahulu apabila belajar menggunakan ABACA Flashcard akan mempunyai kecenderungan mengeja atau menyebut nama-nama huruf pembentuk suku kata. Contoh ketika menyebutkan huruf “b” dan “a” pada saat disodori suku kata “ba”. Apabila menghadapi masalah seperti ini, jangan panik. Lakukan pendekatan yang membuat anak memahami polanya. Beritahukan empat kartu dulu dan pahamkan anak tersebut terhadap polanya.

Contohnya, beritahukan kepada anak polanya dengan mengatakan seperti ini:
b bertemu “a” itu “ba”
c bertemu “a” itu “ca”
f bertemu “a” itu “fa”
g bertemu “a” itu “ga”

Lalu ulangi dengan pertanyaan di atas. Ulangi sampai anak tidak lagi melakukan kesalahan. Kemudian setelah itu hilangkan kata “bertemu” dan tunjukkan kartu abaca mulai dari ba, ca, fa, ga dengan mengubah pertanyaan, “Ini apa sayang?” Lakukan hal ini beberapa kali sampai anak tidak lagi melakukan kesalahan dan langsung menghilangkan kebiasaan mengejanya.

Apabila anak sudah paham polanya, maka tambahkan lagi kartunya. Kemudian tanyakan kepada anak dengan permainan seperti tebak-tebakan. Apabila anak sudah paham polanya, maka tidak perlu waktu lama lagi untuk lulus seri 1. Anak-anak yang menghafal nama huruf terlebih dahulu mempunyai keistimewaan atau kelebihan dapat menyelesaikan Abaca lebih cepat dibandingkan anak yang tidak mengenal sama sekali nama huruf terlebih dahulu.

Namun dengan syarat bahwa anak harus paham polanya terlebih dahulu. Apabila anak belum paham polanya, maka waktu yang dibutuhkan bisa sedikit lebih lama. Bahkan jauh lebih lama dibandingkan dengan anak-anak yang belajar langsung pengenalan suku kata. Namun dari pengamatan terhadap beberapa anak yang pernah dites memakai Abaca dan menghafal nama huruf dahulu, ternyata grafik pengenalan suku kata dan penguasaan materi membacanya dapat lebih cepat dibandingkan anak yang belajar membaca tanpa memahami pola suku kata.

Perbedannya hanya pada penguasaan ABACA Flashcard seri membaca 1 saja, selanjutnya ke ABACA Flashcard seri membaca 2, perbedaan waktu penguasaan materi tidak terlalu signifikan antara anak yang menghafal nama huruf terlebih dahulu dengan yang langsung belajar suku kata.

Kapan anak yang belajar membaca langsung memakai metode pengenalan suku kata? Jawabnya adalah tergantung keadaan. Bisa usia 6 tahun, bisa pula usia 5 tahun. Tergantung kebutuhan dan keadaan. Yang jelas perlu diingat adalah, bahwa untuk sekedar bisa membaca, anak tidak perlu mengenal nama huruf.


Apabila anak sudah menginjak usia SD dan menemui pelajaran Matematika, atau ilmu eksak yang seringnya menyebutkan simbol nama huruf tertentu untuk mendefinisikan besaran tertentu, maka anak sudah harus bisa mengenal nama-nama huruf secara keseluruhan supaya tidak kebingungan pada saat dituntut untuk mengenal nama huruf yang mewakili simbol tertentu dalam pelajaran eksak. Kemampuan membaca akan sempurna apabila nama huruf pun diketahui oleh anak, meskipun sebenarnya kebutuhan tersebut tidaklah terlalu mendesak saat usia TK.

Selanjutnya ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 5-Tamat)



ABACA FLASHCARD TIDAK DIJUAL DITOKO BUKU, DAPATKAN HANYA DI DISTRIBUTOR DAN AGEN RESMI.

Kami agen resmi ABACA Flashcard di Kota Semarang menyediakan berbagai Seri ABACA Flashcard sebagai media mainan edukasi yaitu mengajar anak membaca melalui permainan.

Apabila Anda ingin melihat produk beserta spesifikasinya, silahkan klik di sini

#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar