Kamis, 02 Februari 2017

Mainan Edukasi ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 3)



ABACA FLASHCARD MEMBERIKAN SOLUSI

A. Apakah anak yang mengenal suku kata, otomatis bisa membaca?

Banyak orang salah kaprah pada saat melihat fenomena seperti ini. Anak saya sudah hafal huruf a sampai z namun kenapa juga belum mampu membaca? Ada juga orangtua atau guru yang langsung memvonis medianya, mengapa anak ini sudah tahu semua suku kata di kartu namun kok belum bisa juga membaca?

Sukses dalam bidang apapun membutuhkan ilmu. Begitu juga sukses di bidang pendidikan. Maka kita harus punya ilmu. Seorang pendidik dikatakan sukses apabila mampu memahami karakter setiap muridnya, menyediakan media yang ramah otak, dan dapat memfungsikan media tersebut sesuai kasus di lapangan. 

Contohnya ABACA Flashcard. ABACA Flashcard mempunyai tingkat kesuksesan yang cukup tinggi. Testimoni tidak hanya ratusan namun sudah mencapai sekitar seribu testimoni (terhitung dari sejak tahun 2011, pada saat pertama kali ditemukan). Metode ini tidak hanya sukses diterapkan kepada anak-anak yang tidak mempunyai masalah apapun, namun juga sebagian kasus yang berkebutuhan khusus pun sangat terbantu (kecuali pada kasus disleksia). 

Tercatat telah ada sekitar 7 testimoni sukses dari kasus anak hyperaktif (ADHD) dan 2 testimoni sukses dari kasus anak autis ringan. Perlu diketahui, kasus anak berkebutuhan khusus yang sukses juga disebabkan oleh pembimbing yang sabar dan memahami dunia anak-anak tersebut.

ABACA Flashcard dilengkapi permainan yang bikin anak kecanduan. Selain itu, materinya juga mudah dipahami anak-anak. Karena huruf-huruf pada ABACA Flashcard tidak mengikuti urutan alphabet dunia, namun materinya diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitannya, supaya anak mempelajari materi termudah dulu, baru materi huruf yang sulit dikenalkan di akhir. 

Berbeda dengan semua flashcard yang ada di pasaran ataupun buku-buku membaca, ataupun produk manapun di dunia. Rata-rata produk di lapangan melupakan faktor kesulitan hurufnya. Metode selain ABACA Flashcard mencampuradukkan huruf tanpa dasar ilmu yang jelas, sehingga tingkat keberhasilan kecil.

Namun supaya sukses dengan metode briliant ini, orang tua harus sabar dan cermat menganalisis kesiapan anak di lapangan. Setelah anak masuk dalam kategori siap, maka langsung untuk diajarkan membaca. Orang tua harus sabar dan cermat dalam menganalisis kesiapan anak. Jika sudah siap, mereka bisa langsung diajari membaca.

Ada beberapa tahapan seorang anak bisa menguasai keterampilan membaca dan pembimbing wajib mengetahui hal ini.

1. Setelah anak menghafal semua suku kata, maka ajari dia tekhnik membaca yaitu dengan menjejerkan kartu. Jadi, adalah SALAH BESAR apabila meyakini anak yang telah mengetahui suku kata akan otomatis tahu cara membacanya. Tekhnik membaca bisa diajarkan melalui tekhnik menjejer kartu. Dimulai dengan yang mudah dulu (2 kartu), kemudian meningkat menjadi 3 kartu (membentuk sebuah kalimat).

2. Setelah anak mahir dalam membaca dengan tekhnik menjejer kartu, baru setelah itu kenalkan buku. Carilah buku yang penyusunannya sistematis dan memahami tingkat kesulitan anak serta perhatikan cara penyajian buku tersebut. Apakah pantas dipergunakan untuk pemula? Anak-anak tertentu, akan menolak buku (umumnya pada saat usia di bawah 6 atau 7 tahun).

Karena dalam satu halaman buku memuat terlalu banyak simbol abstrak atau huruf yang membuat anak sulit untuk fokus dan terbebani. Namun beban ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya usia anak. Semakin matang perkembangan otak seorang anak, maka semakin siap si anak belajar membaca bahkan mampu beralih dari flashcard ke buku belajar membaca.

Dengan demikian, untuk sampai pada tahapan bisa membaca sendiri, ada langkah atau tahapannya. Begitu juga dengan kemampuan menulis (bukan menebalkan huruf namun menulis tanpa menyontek), yang tidak otomatis dikuasai oleh si anak yang bisa membaca atau pemula. 

Kalaupun ada sebagian anak yang mampu, jumlahnya sangat sedikit. Karena untuk sampai pada tahapan bisa menulis, anak harus bisa memvisualisasikan tulisan atau huruf-huruf yang terlibat dalam kata serta tahu cara menulisnya.


B. ANAKKU BERUSIA 7 TAHUN TAPI BELUM BISA MEMBACA.

Ada pertanyaan dari para Bunda, “Anakku sudah berusia 7 tahun, namun belum bisa membaca, apakah normal”? Menurut penelitian, apabila ditemukan anak usia 7 tahun namun masih belum bisa membaca dikarenakan belum pernah distimulus huruf, maka itu sangatlah wajar. Orang tua tidak perlu panik. 

Namun, apabila di usia 7 tahun belum bisa membaca meskipun sudah distimulus huruf, maka perlu diobservasi permasalahannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita perhatikan hal-hal penting berikut ini:

1. Apakah anak sudah menguasai semua keterampilan dasar yang lebih mudah daripada mengenal huruf, misalnya mengenal aneka warna? Contoh sudah menguasai warna primer yang kompleks?

2. Apakah anak sudah bisa dengan mudah mengidentifikasi berbagai bentuk bidang datar?

3. Apakah anak kesulitan mengidentifikasi semua huruf dalam alphabet? Atau hanya sebagian saja yang susah mengingatnya (seperti kesulitan mengingat huruf-huruf yang mirip seperti d dengan b, w dengan m, q dengan p, dan lain-lain)?

Apabila anak berusia 7 tahun, belum menguasai warna dasar dan kompleks padahal sudah distimulus maka perlu dicek apakah kesulitan penguasaan materi warna tersebut dikarenakan oleh adanya kelainan mata atau yang disebut dengan buta warna, ataukah karena sebab yang lain. Konsep warna secara umum bisa dikuasai oleh anak yang berusia 3-4 tahun. Sehingga apabila usia 7 tahun masih belum memahami konsep warna maka perlu dilakukan cek ke dokter mata.

1. Test Warna

Mengapa perlu dilakukan tes warna untuk anak yang belum bisa membaca? Karena keterampilan penguasaan warna (tidak dalam kasus buta warna) lebih mudah dikuasai dibandingkan huruf atau simbol. Anak-anak yang tidak mampu memahami konsep warna, 90% akan kesulitan memahami konsep huruf atau simbol. Karena pemahaman huruf tersebut sifatnya abstrak atau lebih rumit dibandingkan dengan warna. Kita tidak bisa memberikan ekspektasi berlebihan kepada anak yang tidak dapat menguasai warna dengan baik untuk mampu menguasai materi-materi huruf.

Bagaimana apabila buta warna?

Karena keterampilan penguasaan warna (tidak dalam kasus buta warna) lebih mudah dikuasai dibandingkan huruf atau simbol. Anak-anak yang tidak mampu memahami konsep warna, 90% akan kesulitan memahami konsep huruf atau simbol.  Karena pemahaman huruf tersebut sifatnya abstrak atau lebih rumit dibandingkan dengan warna. Kita tidak bisa memberikan ekspetasi berlebihan kepada anak yang tidak dapat menguasai warna dengan baik untuk mampu menguasai materi-materi huruf yang lebih sulit supaya belajar membaca jadi lebih menyenangkan.

Anak-anak yang buta warna umumnya akan gagal test ini, bahkan sampai usia di atas 7 tahun sekalipun tidak bisa membedakan warna-warna tertentu. Apabila anak Bunda positif buta warna, maka lalukan pendekatan yang kedua. Yaitu penguasaan bidang datar sebelum menganalisis penyebab utama ketidakmampuannya dalam mengidentifikasi huruf. Karena hampir 100% anak usia 7 tahun telah mempunyai kesiapan belajar membaca. 

Itulah yang menjadi penyebab negara Finlandia menerapkan calistung pada usia 7 tahun. Karena hampir semua anak di usia tersebut dinyatakan telah siap belajar membaca. Berbeda dengan Amerika dan Inggris yang mengajarkan calistung pada usia 4-5 tahun, karena prosentasi ketidaksiapan 8% atau kesiapan anak 92%. Anak-anak harus diupayakan bisa menguasai keterampilan-keterampilan yang jauh lebih sederhana dan mudah terlebih dahulu, sebelum mempelajari keterampilan yang sulit supaya belajar membaca jadi lebih menyenangkan.

Apabila anak usia 7 tahun tidak mengalami buta warna namun tidak bisa mengenal konsep warna maka perlu dianalisis kembali penyebabnya. Apakah stimulasi warna yang telah diterapkan kepadanya itu benar? Apabila stimulasi warna pendekatannya salah, maka perlu dilakukan pendekatan khusus supaya anak menguasai warna dahulu. Jangan pernah berharap anak yang kesulitan menguasai warna padahal tidak mengalami buta warna untuk mampu menguasai materi huruf.

2. Test Bentuk Bidang Datar

Mengapa dalam belajar membaca perlu diadakan test pada bentuk bidang datar?


Bandingkan bentuk-bentuk bidang datar seperti lingkaran, segitiga, persegi dll dengan bentuk huruf seperti a, b, c sampai z, lebih kompleks mana di antara keduanya?

Pastinya bentuk bidang datar jauh lebih sederhana dibandingkan bentuk huruf. Karena, disamping bentuk huruf jauh lebih rumit, variable huruf juga jauh lebih banyak dibandingkan dengan bidang datar. Jadi, apabila anak tidak mampu menguasai bentuk bidang datar tersebut, jangan coba kenalkan materi huruf terlebih dhaulu. Umumnya anak pada usia 7 tahun sudah sanggup membedakan bentuk bidang datar. 

Sehingga ditemukan anak yang belum bisa membedakannya, berarti kemungkinan ada yang salah dengan perkembangannya. Apabila dengan materi sesederhana bentuk bidang datar saja anak belum mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk tersebut, maka jangan ajari anak materi huruf karena pasti akan sangat tertekan dan terbebani.

Tentu saja, seperti konsep pembelajaran bidang apapun, kita tidak bisa memahamkan kepada seorang anak yang tidak dapat memahami konsep sederhana seperti bidang datar, umntuk mempelajari konsep yang lebih rumit dan abstrak seperti simbol huruf.

Apabila anak telah mampu menguasai bidang datar dengan mudah, maka bisa dilanjutkan mengobservasi masalah selanjutnya. Apakah anak mempunyai kesulitanmembedakan huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, p dan q, m dan w, dll? Atau mempunyai kesulitan mengidentifikasi keseluruhan alphabet?

Dan bagaimana mengatasi anak yang lulus tes nomor 1 dan 2, namun kesulitan mengidentifikasi huruf-huruf tertentu? Mungkinkah seorang anak usia 7 tahun belum siap belajar membaca? Walaupun prosentasenya sangat kecil, namun ditemukan kasus anak di usia 7 tahun belum mampu mengidentifikasi huruf-huruf tertentu (terutama huruf yang mempunyai bentuk yang mirip). Namun jangan khawatir, walaupun agak berat, kita masih bisa mengajarinya belajar membaca tanpa tekanan.

3. Test Huruf

Apabila anak lolos tes warna dan bidang datar dengan baik, sekarang gilirannya anak dites huruf. Khusus untuk anak usia di bawah 4 tahun, selain tes warna dan juga tes bidang datar. Melalui tes huruf juga tetapi dengan cara yang berbeda dengan anak usia 7 tahun.

3.1. Tes bentuk huruf untuk anak usia di bawah 4 tahun

Tunjukan 5 kartu yang berisi huruf dan lihat reaksinya, apakah anak acuh terhadap huruf-huruf? Apabila mengetes dengan menggunakan kartu ABACA Flashcard, maka umumnya anak yang belum siap lebih suka melihat gambarnya dan bukan hurufnya. Dia tidak mau menatap huruf-huruf, namun lebih suka melihat gambar. Apabila tanda ini ditemukan, maka tunda dulu belajar membacanya dalam jeda waktu 4 bulan ke depan. Anak-anak yang matang dan siap, akan tertarik untuk mengetahui huruf yang akan muncul secara alamiah pada saat distimulus dengan huruf.

3.2. Bagaimana apabila anak belum siap belajar membaca namun maunya bermain ABACA Flashcard?

Caranya adalah dengan bermain tebak gambar pada kartu untuk menambah kosakata yang membantu perkembangan bahasanya.

3.3. Bagaimana cara memainkannya?

Keluarkan satu kartu dulu, contoh kartu yang bergambar payung. Bunda kasih petunjuk dengan tidak menunjukkan gambar, kemudian bila ke anak, “Apa yang biasa digunakan pada musim hujan supaya kita tidak kehujanan?” Apabila anak menjawab “payung” maka kuda-kuda atau pion bisa berjalan di atas papan bermain sesuai dengan poin yang tertera di kartu. 

Dengan cara seperti itu, maka anak tidak hanya mengembangkan kosakata bahasanya namun membantu membentuk konsep pemahaman terhadap kegunaan sebuah benda. Juga mampu menciptakan bonding antara orang tua dan anak, mengembangkan imajinasinya serta kemampuan dalam bersosial (apabila dimainkan bersama teman), dan lain-lain.

3.4. Tes bentuk huruf untuk anak usia 7 tahun

Untuk anak usia 7 tahun yang telah lolos tes warna dan tes bidang datar, maka lakukan tes berikut.

Keluarkan kelima kartu ABACA Flashcard kemudian tes kemampuan mengingat hurufnya. Apabila anak telah mampu menebak 5 kartu abaca, tes dengan menjejerkan 2 kartu kemudian ajari cara membaca kata. Apakah anak telah mampu mengidentifikasi huruf atau kata yang dijejerkan tadi? Apabila ditemukan tanda-tanda “anak tidak mengalami kebingungan pada saat menebak huruf pada kartu namun anak kesulitan mengidentifikasi huruf-huruf yang dia hafal tadi pada saat membentuk kata, maka itu salah satu tanda anak belum benar-benar siap. Tetap kenalkan huruf, tetapi jangan bebani dia untuk membaca kata sampai 4 bulan ke depan.

Namun apakah kemudian belajar membaca dihentikan? Lakukan langkah-langkahnya berikut ini:

1. Apabila anak hafal hingga 10 huruf namun pada saat 2 kartu dijejerkan membentuk kata, anak kesulitan mengidentifikasi beberapa huruf tertentu (tampal berfikir keras) maka kurangi bebannya dengan mengurangi materi huruf yang dipelajari. Pada umumnya anak-anak cerdas gambar mengalami kesulitan seperti ini dan belum mampu menguasai materi huruf sampai usia 7-8 tahun. Sehingga pengajar harus benar-benar sabar apabila menghadapi jenis anak didik semacam ini. 

Apakah prosentase anak-anak tipe ini di lapangan banyak? Pastinya tidak banyak! Menurut penelitian, anak usia 7 tahun umumnya tidak mengalami kesulitan pada saat mulai dikenalkan huruf dan bisa membaca kata-kata yang sederhana.

Apabila Anda mempunyai anak usia 7 tahun dan TIDAK LOLOS tes warna dan juga bidang datar hingga tidak mampu mengingat huruf apapun maka sebaiknya menghubungi ahli untuk mendapat bantuan.

2. Apabila anak hanya mengalami kesulitan mengingat huruf-huruf yang mirip namun mampu menguasai semua huruf di box 1, maka tunda dahulu mengajarkan materi di box 2 khusus untuk da, qa, xa, wa yang umumnya susah dikuasai anak yang belum siap belajar membaca.

Kemudian lanjutkan permainnya ke box 3. Kapan mengajari huruf-huruf sulit? Tunda sampai anak benar-benar mengalami kematangan atau telah siap. Penundaan mengajari huruf tersebut menurut Prof. Linda Lavine adalah dalam rentang waktu 4 bulan. Sehingga selama 4 bulan ke depan, tes lagi huruf-huruf yang mirip tadi, apakah dia masih mengalami kesulitan atau sudah mulai mudah. Apabila anak telah mampu dengan mudah mengidentifikasi maka lanjutkan pengenalan terhadap huruf mirip tersebut.

3. Apabila anak usia 7 tahun, lolos tes warna dan juga bidang datar, namun sama sekali tidak dapat mengingat satu huruf pun, bahkan huruf yang paling mudah pun anak tidak mampu, maka sebaiknya Anda menghubungi ahli supaya diobservasi masalahnya. Anak-anak dengan masalah disleksia, umumnya akan mengalami kesulitan mengingat semua huruf bahkan huruf yang paling mudah sekalipun seperti “a, ba, ca”.


C. CARA MENDETEKSI APAKAH SEORANG ANAK STRES  AKIBAT TEKANAN BELAJAR.

Ada yang mengatakan belajar calistung merupakan penyebab utama anak-anak stres, padahal pendapat itu patut dikritisi. Mengapa? Jika calistung disebut-sebut sebagai “perenggut” masa bermain, mengapa Inggris dan Amerika mengenalkan konsep huruf seperti bentuk dan bunyinya pada usia TK, usia sekitar 4 atau 5 tahun? Bahkan para ahli literasi dari Amerika seperti yang dikutip dari Huffington Post (surat kabar terkemuka yang ada di Amerika) menyebutkan bahwa anak-anak harus sudah dikenalkan buliding block of reading, seperti bentuk dan bunyi huruf pada saat usia TK, usia sekitar 4 atau 5 tahun supaya lebih mudah menerima dasar-dasar membaca pada saat masuk SD.

Namun sayangnya, penerapan di lapangan untuk praktik calistung sendiri cukup beragam. Dan pada umumnya, para guru menggunakan metode konvensional yang kadang pendekatannya tidak dapat diterima rasional. Seperti menggunakan operasi penjumlahan pada saat belajar membaca, contoh b+a=ba, yang tentu ini membuat pembelajaran membaca menjadi tidak menyenangkan dan pastinya bikin stres. Apalagi ekspektasi guru juga berlebihan.

Faktor penentu apakah anak fun atau tidak ketika belajar bisa dicirikan sebagai berikut:

1. Metodenya

Sama-sama belajar membaca, yang satu menggunakan buku, dan yang satu lagi menggunakan ABACA Flashcard, perbedaan hasilnya sangat jauh sekali. Jauh lebih efektif ABACA Flashcard dibandingkan dengan buku.
Sudah terdapat penelitiannya. Sebab dalam satu halaman buku, memuat terlalu banyak huruf atau simbol yang membuat anak sulit untuk fokus sehingga belajar membaca bisa menjadi beban bagi anak. Materi ABACA Flashcard, disamping setiap kartu hanya memuat 1 suku kata yang disusun dengan sistematis, namun suku kata tersebut diurutkan berdasarkan level kesulitannya sehinga materinya lebih sederhana dan menjadi sangat mudah.

2. Guru

Tidak dipungkiri, guru juga sangat menentukan faktor “fun” atau tidaknya sebuah pembelajaran. Guru-guru yang hebat akan memahami apakah seorang anak sudah siap belajar membaca. Setelah itu, guru harus mampu menganalisis kesiapan anak ketika hendak belajar membaca, untuk menentukan “fun” tidaknya proses pembelajaran di dalam kelas. Karena guru yang gagal menganalisis umumnya memberikan ekspektasi berlebih pada anak yang belum siap belajar simbol atau huruf.

3. Kesiapan murid

Murid yang sudah siap belajar membaca akan lebih peka terhadap huruf dibandingkan yang belum siap belajar. Anak-anak dengan kepekaan tinggi, mudah sekali merespon huruf dan apabila didukung dengan poin no. 1 dan 2 di atas, maka kemajuannya akan sangat cepat sekali dan terlihat signifikan. Bahkan anak-anak yang siap belajar membaca, bisa lulus ABACA Flashcard seri 1 dan 2, HANYA dalam 1 jam saja dan mampu membaca kalimat sederhana.


HINDARI TEKANAN KETIKA BELAJAR

Tekanan ketika belajar muncul ketika beban materi melebihi yang sanggup diterima oleh anak. Contoh, orang tua yang menekan anaknya dan memberi terget bahwa anak harus sudah bisa membaca sangat lancar sebelum memasuki SD. Umumnya orang tua atau guru yang fokus pada hasil dan bukan pada proses akan memunculkan tekanan belajar kepada muridnya. Dan ini akan menimbulkan efek trauma belajar atau membencikegiatan belajar.


ANAK TIDAK TERTEKAN DAN TETAP BERPRESTASI ASAL MEMENUHI SYARAT BERIKUT INI

Perlu diketahui bahwa perkembangan setiap anak berbeda. Umumnya anak-anak dengan kecerdasan logika tinggi menjadi early fluent reader atau bisa disebut pembaca lancar pada usia dini. Apabila anak Anda lancar membaca pada usia sebelum SD dan Anda tidak memaksakan belajar (kemampuan membaca diperoleh bukan dengan tekakan namun karena kemauan anak sendiri karena memiliki media yang dapat merangsangnya belajar tanpa beban atau tekanan), anak yang tidak sering sakit (termasuk sakit secara emosional depresi dan terperangkap dalam hubungan yang destruktif), masih punya waktu untuk kehidupan sosial di samping keluarga, maka itu merupakan pertanda anak Anda sehat.

Anak-anak yang ditarget untuk menguasai banyak ilmu, dan mengikuti banyak les, sampai-sampai waktu istirahat hanya sebentar saja (hanya sore dan malam hari), cenderung akan memiliki tingkat stres yang tinggi. Namun, apakah anak menikmati semua aktivitas itu? Lihatlah kembali indikator kesehatannya.

Apabila ditemukan tanda anak bahagia, tidak sering merasakan pusing, jarang sakit, tidak murung, walaupun anak tersebut berprestasi di sekolah maka itu indikator si anak sehat atau tidak tertekan.


D. MENYEMBUHKAN ANAK YANG MENGALAMI TRAUMA BELAJAR MEMBACA.

Apa yang menyebabkan anak trauma belajar membaca? Salah satunya disebabkan orang tua membentak anak ketika anak sedang belajar menggunakan ABACA Flashcard. Meskipun ABACA Flashcard dirancang sebagai media yang ramah otak, akan tetapi jika pengajarnya pernah membentak ke anak maka akan menimbulkan trauma tersendiri. Ciri khas anak trauma adalah, anak menolak belajar membaca pakai ABACA Flashcard, meskipun sudah dibujuk. Oleh sebab itu hindari membentak pada anak, mengkritiknya, bahkan dilarang mengatakan, “Salah!” Meskipun anak melakukan kesalahan.

Cara Anda mengkoreksi kesalahan anak, sangat menentukan apakah dia akan menyukai belajar atau tidak. Bahkan tidak boleh menertawakan kesalahan anak, dll. Cara-cara mengoreksi kesalahan anak seperti di atas, akan sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Lalu bagaimana cara menyembuhkan trauma anak yang sudah terlanjur takut dan menangis kalau diajak belajar membaca.

Caranya adalah jangan ragu untuk meminta maaf ke anak. Akuilah kesalahan Anda, dan katakan pada anak Anda bahwa Anda tidak akan membentak lagi dan kali ini permainannya akan seru. Yakinkan pada anak Anda, bahwa dia akan bersenang-senang memanen es krim bersama Anda. Tapi sebelum mengajarkan huruf, pertama tes kesiapan anak terlebih dahulu, yaitu mulai tes warna dasar dan kompleks, tes bidang datar, tes bentuk huruf, dll. Jika anak belum lolos pada tes-tes tersebut, maka ada dua pilihan, menunda permainan jika Anda tidak cukup sabar mendampinginya. Dan setiap 4 bulan sekali, anak dites lagi kesiapannya.

Dan agar anak tidak kembali trauma maka ingatlah untuk tidak mengatakan kata-kata yang mematahkan anak seperti, “salah.” Meskipun anak melakukan kesalahan, dia tidak suka dikoreksi seperti itu. Langsung saja menyebut huruf yang benar, dan jangan fokus pada kesalahan anak.

Contoh ketika anak salah menyebut “ba” maka katakan, “ini ba” tanpa menuding anak bahwa dia telah melakukan kesalahan. Pujilah dia. “Wah adik hebat ya, sudah mau belajar.” Jika anak  terlihat tidak siap, maka tunda dulu belajar membacanya. Mengapa perlu menundanya? Sebab belajar membaca memerlukan kematangan otak, tanpa kematangan otak, pembimbing akan kesulitan mengajarnya sebab anak susah memahaminya disebabkan otaknya belum cukup berkembang (belum cukup matang).


ABACA FLASHCARD TIDAK DIJUAL DITOKO BUKU, DAPATKAN HANYA DI DISTRIBUTOR DAN AGEN RESMI.

Kami agen resmi ABACA Flashcard di Kota Semarang menyediakan berbagai Seri ABACA Flashcard sebagai media mainan edukasi yaitu mengajar anak membaca melalui permainan.

Apabila Anda ingin melihat produk beserta spesifikasinya, silahkan klik di sini

Selanjutnya ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 4)


#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar