ABACA
FLASHCARD MEMBERIKAN SOLUSI
A.
Apakah anak yang mengenal suku kata, otomatis bisa membaca?
Banyak
orang salah kaprah pada saat melihat fenomena seperti ini. Anak saya sudah
hafal huruf a sampai z namun kenapa juga belum mampu membaca? Ada juga orangtua
atau guru yang langsung memvonis medianya, mengapa anak ini sudah tahu semua
suku kata di kartu namun kok belum bisa juga membaca?
Sukses
dalam bidang apapun membutuhkan ilmu. Begitu juga sukses di bidang pendidikan.
Maka kita harus punya ilmu. Seorang pendidik dikatakan sukses apabila mampu
memahami karakter setiap muridnya, menyediakan media yang ramah otak, dan dapat
memfungsikan media tersebut sesuai kasus di lapangan.
Contohnya ABACA Flashcard.
ABACA Flashcard mempunyai tingkat kesuksesan yang cukup tinggi. Testimoni tidak
hanya ratusan namun sudah mencapai sekitar seribu testimoni (terhitung dari
sejak tahun 2011, pada saat pertama kali ditemukan). Metode ini tidak hanya
sukses diterapkan kepada anak-anak yang tidak mempunyai masalah apapun, namun
juga sebagian kasus yang berkebutuhan khusus pun sangat terbantu (kecuali pada
kasus disleksia).
Tercatat telah ada sekitar 7 testimoni sukses dari kasus anak
hyperaktif (ADHD) dan 2 testimoni sukses dari kasus anak autis ringan. Perlu
diketahui, kasus anak berkebutuhan khusus yang sukses juga disebabkan oleh
pembimbing yang sabar dan memahami dunia anak-anak tersebut.
ABACA
Flashcard dilengkapi permainan yang bikin anak kecanduan. Selain itu, materinya
juga mudah dipahami anak-anak. Karena huruf-huruf pada ABACA Flashcard tidak
mengikuti urutan alphabet dunia, namun materinya diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kesulitannya, supaya anak mempelajari materi termudah dulu, baru materi
huruf yang sulit dikenalkan di akhir.
Berbeda dengan semua flashcard yang ada
di pasaran ataupun buku-buku membaca, ataupun produk manapun di dunia.
Rata-rata produk di lapangan melupakan faktor kesulitan hurufnya. Metode selain
ABACA Flashcard mencampuradukkan huruf tanpa dasar ilmu yang jelas, sehingga
tingkat keberhasilan kecil.
Namun
supaya sukses dengan metode briliant ini, orang tua harus sabar dan cermat menganalisis
kesiapan anak di lapangan. Setelah anak masuk dalam kategori siap, maka
langsung untuk diajarkan membaca. Orang tua harus sabar dan cermat dalam
menganalisis kesiapan anak. Jika sudah siap, mereka bisa langsung diajari
membaca.
Ada
beberapa tahapan seorang anak bisa menguasai keterampilan membaca dan
pembimbing wajib mengetahui hal ini.
1.
Setelah anak menghafal semua suku kata, maka ajari dia tekhnik membaca yaitu
dengan menjejerkan kartu. Jadi, adalah SALAH BESAR apabila meyakini anak yang
telah mengetahui suku kata akan otomatis tahu cara membacanya. Tekhnik membaca
bisa diajarkan melalui tekhnik menjejer kartu. Dimulai dengan yang mudah dulu
(2 kartu), kemudian meningkat menjadi 3 kartu (membentuk sebuah kalimat).
2.
Setelah anak mahir dalam membaca dengan tekhnik menjejer kartu, baru setelah
itu kenalkan buku. Carilah buku yang penyusunannya sistematis dan memahami
tingkat kesulitan anak serta perhatikan cara penyajian buku tersebut. Apakah
pantas dipergunakan untuk pemula? Anak-anak tertentu, akan menolak buku
(umumnya pada saat usia di bawah 6 atau 7 tahun).
Karena
dalam satu halaman buku memuat terlalu banyak simbol abstrak atau huruf yang
membuat anak sulit untuk fokus dan terbebani. Namun beban ini akan berkurang
seiring dengan meningkatnya usia anak. Semakin matang perkembangan otak
seorang anak, maka semakin siap si anak belajar membaca bahkan mampu beralih
dari flashcard ke buku belajar membaca.
Dengan
demikian, untuk sampai pada tahapan bisa membaca sendiri, ada langkah atau
tahapannya. Begitu juga dengan kemampuan menulis (bukan menebalkan huruf namun
menulis tanpa menyontek), yang tidak otomatis dikuasai oleh si anak yang bisa
membaca atau pemula.
Kalaupun ada sebagian anak yang mampu, jumlahnya sangat
sedikit. Karena untuk sampai pada tahapan bisa menulis, anak harus bisa
memvisualisasikan tulisan atau huruf-huruf yang terlibat dalam kata serta tahu
cara menulisnya.
B.
ANAKKU BERUSIA 7 TAHUN TAPI BELUM BISA MEMBACA.
Ada
pertanyaan dari para Bunda, “Anakku sudah berusia 7 tahun, namun belum bisa
membaca, apakah normal”? Menurut penelitian, apabila ditemukan anak usia 7
tahun namun masih belum bisa membaca dikarenakan belum pernah distimulus huruf,
maka itu sangatlah wajar. Orang tua tidak perlu panik.
Namun, apabila di usia 7
tahun belum bisa membaca meskipun sudah distimulus huruf, maka perlu
diobservasi permasalahannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,
mari kita perhatikan hal-hal penting berikut ini:
1.
Apakah anak sudah menguasai semua keterampilan dasar yang lebih mudah daripada
mengenal huruf, misalnya mengenal aneka warna? Contoh sudah menguasai warna
primer yang kompleks?
2.
Apakah anak sudah bisa dengan mudah mengidentifikasi berbagai bentuk bidang
datar?
3.
Apakah anak kesulitan mengidentifikasi semua huruf dalam alphabet? Atau hanya
sebagian saja yang susah mengingatnya (seperti kesulitan mengingat huruf-huruf
yang mirip seperti d dengan b, w dengan m, q dengan p, dan lain-lain)?
Apabila
anak berusia 7 tahun, belum menguasai warna dasar dan kompleks padahal sudah distimulus
maka perlu dicek apakah kesulitan penguasaan materi warna tersebut dikarenakan
oleh adanya kelainan mata atau yang disebut dengan buta warna, ataukah karena
sebab yang lain. Konsep warna secara umum bisa dikuasai oleh anak yang berusia
3-4 tahun. Sehingga apabila usia 7 tahun masih belum memahami konsep warna maka
perlu dilakukan cek ke dokter mata.
1.
Test Warna
Mengapa
perlu dilakukan tes warna untuk anak yang belum bisa membaca? Karena
keterampilan penguasaan warna (tidak dalam kasus buta warna) lebih mudah
dikuasai dibandingkan huruf atau simbol. Anak-anak yang tidak mampu memahami
konsep warna, 90% akan kesulitan memahami konsep huruf atau simbol. Karena
pemahaman huruf tersebut sifatnya abstrak atau lebih rumit dibandingkan dengan
warna. Kita tidak bisa memberikan ekspektasi berlebihan kepada anak yang tidak
dapat menguasai warna dengan baik untuk mampu menguasai materi-materi huruf.
Bagaimana
apabila buta warna?
Karena
keterampilan penguasaan warna (tidak dalam kasus buta warna) lebih mudah
dikuasai dibandingkan huruf atau simbol. Anak-anak yang tidak mampu memahami
konsep warna, 90% akan kesulitan memahami konsep huruf atau simbol. Karena pemahaman huruf tersebut sifatnya
abstrak atau lebih rumit dibandingkan dengan warna. Kita tidak bisa memberikan
ekspetasi berlebihan kepada anak yang tidak dapat menguasai warna dengan baik
untuk mampu menguasai materi-materi huruf yang lebih sulit supaya belajar
membaca jadi lebih menyenangkan.
Anak-anak
yang buta warna umumnya akan gagal test ini, bahkan sampai usia di atas 7 tahun
sekalipun tidak bisa membedakan warna-warna tertentu. Apabila anak Bunda
positif buta warna, maka lalukan pendekatan yang kedua. Yaitu penguasaan bidang
datar sebelum menganalisis penyebab utama ketidakmampuannya dalam
mengidentifikasi huruf. Karena hampir 100% anak usia 7 tahun telah mempunyai
kesiapan belajar membaca.
Itulah yang menjadi penyebab negara Finlandia
menerapkan calistung pada usia 7 tahun. Karena hampir semua anak di usia
tersebut dinyatakan telah siap belajar membaca. Berbeda dengan Amerika dan
Inggris yang mengajarkan calistung pada usia 4-5 tahun, karena prosentasi
ketidaksiapan 8% atau kesiapan anak 92%. Anak-anak harus diupayakan bisa
menguasai keterampilan-keterampilan yang jauh lebih sederhana dan mudah
terlebih dahulu, sebelum mempelajari keterampilan yang sulit supaya belajar
membaca jadi lebih menyenangkan.
Apabila
anak usia 7 tahun tidak mengalami buta warna namun tidak bisa mengenal konsep
warna maka perlu dianalisis kembali penyebabnya. Apakah stimulasi warna yang
telah diterapkan kepadanya itu benar? Apabila stimulasi warna pendekatannya
salah, maka perlu dilakukan pendekatan khusus supaya anak menguasai warna
dahulu. Jangan pernah berharap anak yang kesulitan menguasai warna padahal
tidak mengalami buta warna untuk mampu menguasai materi huruf.
2.
Test Bentuk Bidang Datar
Mengapa
dalam belajar membaca perlu diadakan test pada bentuk bidang datar?
Bandingkan
bentuk-bentuk bidang datar seperti lingkaran, segitiga, persegi dll dengan
bentuk huruf seperti a, b, c sampai z, lebih kompleks mana di antara keduanya?
Pastinya
bentuk bidang datar jauh lebih sederhana dibandingkan bentuk huruf. Karena,
disamping bentuk huruf jauh lebih rumit, variable huruf juga jauh lebih banyak
dibandingkan dengan bidang datar. Jadi, apabila anak tidak mampu menguasai
bentuk bidang datar tersebut, jangan coba kenalkan materi huruf terlebih
dhaulu. Umumnya anak pada usia 7 tahun sudah sanggup membedakan bentuk bidang
datar.
Sehingga ditemukan anak yang belum bisa membedakannya, berarti
kemungkinan ada yang salah dengan perkembangannya. Apabila dengan materi
sesederhana bentuk bidang datar saja anak belum mampu mengidentifikasi
bentuk-bentuk tersebut, maka jangan ajari anak materi huruf karena pasti akan
sangat tertekan dan terbebani.
Tentu
saja, seperti konsep pembelajaran bidang apapun, kita tidak bisa memahamkan
kepada seorang anak yang tidak dapat memahami konsep sederhana seperti bidang
datar, umntuk mempelajari konsep yang lebih rumit dan abstrak seperti simbol
huruf.
Apabila
anak telah mampu menguasai bidang datar dengan mudah, maka bisa dilanjutkan
mengobservasi masalah selanjutnya. Apakah anak mempunyai kesulitanmembedakan
huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, p dan q, m dan w, dll? Atau mempunyai
kesulitan mengidentifikasi keseluruhan alphabet?
Dan
bagaimana mengatasi anak yang lulus tes nomor 1 dan 2, namun kesulitan
mengidentifikasi huruf-huruf tertentu? Mungkinkah seorang anak usia 7 tahun
belum siap belajar membaca? Walaupun prosentasenya sangat kecil, namun
ditemukan kasus anak di usia 7 tahun belum mampu mengidentifikasi huruf-huruf
tertentu (terutama huruf yang mempunyai bentuk yang mirip). Namun jangan
khawatir, walaupun agak berat, kita masih bisa mengajarinya belajar membaca
tanpa tekanan.
3.
Test Huruf
Apabila
anak lolos tes warna dan bidang datar dengan baik, sekarang gilirannya anak
dites huruf. Khusus untuk anak usia di bawah 4 tahun, selain tes warna dan juga
tes bidang datar. Melalui tes huruf juga tetapi dengan cara yang berbeda dengan
anak usia 7 tahun.
3.1.
Tes bentuk huruf untuk anak usia di bawah 4 tahun
Tunjukan
5 kartu yang berisi huruf dan lihat reaksinya, apakah anak acuh terhadap
huruf-huruf? Apabila mengetes dengan menggunakan kartu ABACA Flashcard, maka
umumnya anak yang belum siap lebih suka melihat gambarnya dan bukan hurufnya.
Dia tidak mau menatap huruf-huruf, namun lebih suka melihat gambar. Apabila
tanda ini ditemukan, maka tunda dulu belajar membacanya dalam jeda waktu 4
bulan ke depan. Anak-anak yang matang dan siap, akan tertarik untuk mengetahui
huruf yang akan muncul secara alamiah pada saat distimulus dengan huruf.
3.2.
Bagaimana apabila anak belum siap belajar membaca namun maunya bermain ABACA
Flashcard?
Caranya
adalah dengan bermain tebak gambar pada kartu untuk menambah kosakata yang
membantu perkembangan bahasanya.
3.3.
Bagaimana cara memainkannya?
Keluarkan
satu kartu dulu, contoh kartu yang bergambar payung. Bunda kasih petunjuk
dengan tidak menunjukkan gambar, kemudian bila ke anak, “Apa yang biasa
digunakan pada musim hujan supaya kita tidak kehujanan?” Apabila anak menjawab
“payung” maka kuda-kuda atau pion bisa berjalan di atas papan bermain sesuai
dengan poin yang tertera di kartu.
Dengan cara seperti itu, maka anak tidak
hanya mengembangkan kosakata bahasanya namun membantu membentuk konsep
pemahaman terhadap kegunaan sebuah benda. Juga mampu menciptakan bonding antara
orang tua dan anak, mengembangkan imajinasinya serta kemampuan dalam bersosial
(apabila dimainkan bersama teman), dan lain-lain.
3.4.
Tes bentuk huruf untuk anak usia 7 tahun
Untuk
anak usia 7 tahun yang telah lolos tes warna dan tes bidang datar, maka lakukan
tes berikut.
Keluarkan
kelima kartu ABACA Flashcard kemudian tes kemampuan mengingat hurufnya. Apabila
anak telah mampu menebak 5 kartu abaca, tes dengan menjejerkan 2 kartu kemudian
ajari cara membaca kata. Apakah anak telah mampu mengidentifikasi huruf atau
kata yang dijejerkan tadi? Apabila ditemukan tanda-tanda “anak tidak mengalami kebingungan
pada saat menebak huruf pada kartu namun anak kesulitan mengidentifikasi
huruf-huruf yang dia hafal tadi pada saat membentuk kata, maka itu salah satu
tanda anak belum benar-benar siap. Tetap kenalkan huruf, tetapi jangan bebani
dia untuk membaca kata sampai 4 bulan ke depan.
Namun
apakah kemudian belajar membaca dihentikan? Lakukan langkah-langkahnya berikut
ini:
1.
Apabila anak hafal hingga 10 huruf namun pada saat 2 kartu dijejerkan membentuk
kata, anak kesulitan mengidentifikasi beberapa huruf tertentu (tampal berfikir
keras) maka kurangi bebannya dengan mengurangi materi huruf yang dipelajari.
Pada umumnya anak-anak cerdas gambar mengalami kesulitan seperti ini dan belum
mampu menguasai materi huruf sampai usia 7-8 tahun. Sehingga pengajar harus
benar-benar sabar apabila menghadapi jenis anak didik semacam ini.
Apakah
prosentase anak-anak tipe ini di lapangan banyak? Pastinya tidak banyak!
Menurut penelitian, anak usia 7 tahun umumnya tidak mengalami kesulitan pada
saat mulai dikenalkan huruf dan bisa membaca kata-kata yang sederhana.
Apabila
Anda mempunyai anak usia 7 tahun dan TIDAK LOLOS tes warna dan juga bidang
datar hingga tidak mampu mengingat huruf apapun maka sebaiknya menghubungi ahli
untuk mendapat bantuan.
2.
Apabila anak hanya mengalami kesulitan mengingat huruf-huruf yang mirip namun
mampu menguasai semua huruf di box 1, maka tunda dahulu mengajarkan materi di
box 2 khusus untuk da, qa, xa, wa yang umumnya susah dikuasai anak yang belum
siap belajar membaca.
Kemudian
lanjutkan permainnya ke box 3. Kapan mengajari huruf-huruf sulit? Tunda sampai
anak benar-benar mengalami kematangan atau telah siap. Penundaan mengajari huruf tersebut menurut Prof.
Linda Lavine adalah dalam rentang waktu 4 bulan. Sehingga selama 4 bulan ke depan, tes
lagi huruf-huruf yang mirip tadi, apakah dia masih mengalami kesulitan atau
sudah mulai mudah. Apabila anak telah mampu dengan mudah mengidentifikasi maka
lanjutkan pengenalan terhadap huruf mirip tersebut.
3.
Apabila anak usia 7 tahun, lolos tes warna dan juga bidang datar, namun sama
sekali tidak dapat mengingat satu huruf pun, bahkan huruf yang paling mudah pun
anak tidak mampu, maka sebaiknya Anda menghubungi ahli supaya diobservasi
masalahnya. Anak-anak dengan masalah disleksia, umumnya akan mengalami
kesulitan mengingat semua huruf bahkan huruf yang paling mudah sekalipun
seperti “a, ba, ca”.
C.
CARA MENDETEKSI APAKAH SEORANG ANAK STRES
AKIBAT TEKANAN BELAJAR.
Ada
yang mengatakan belajar calistung merupakan penyebab utama anak-anak stres,
padahal pendapat itu patut dikritisi. Mengapa? Jika calistung disebut-sebut
sebagai “perenggut” masa bermain, mengapa Inggris dan Amerika mengenalkan
konsep huruf seperti bentuk dan bunyinya pada usia TK, usia sekitar 4 atau 5
tahun? Bahkan para ahli literasi dari Amerika seperti yang dikutip dari
Huffington Post (surat kabar terkemuka yang ada di Amerika) menyebutkan bahwa
anak-anak harus sudah dikenalkan buliding block of reading, seperti bentuk dan
bunyi huruf pada saat usia TK, usia sekitar 4 atau 5 tahun supaya lebih mudah
menerima dasar-dasar membaca pada saat masuk SD.
Namun
sayangnya, penerapan di lapangan untuk praktik calistung sendiri cukup beragam.
Dan pada umumnya, para guru menggunakan metode konvensional yang kadang
pendekatannya tidak dapat diterima rasional. Seperti menggunakan operasi
penjumlahan pada saat belajar membaca, contoh b+a=ba, yang tentu ini membuat
pembelajaran membaca menjadi tidak menyenangkan dan pastinya bikin stres.
Apalagi ekspektasi guru juga berlebihan.
Faktor
penentu apakah anak fun atau tidak ketika belajar bisa dicirikan sebagai
berikut:
1.
Metodenya
Sama-sama
belajar membaca, yang satu menggunakan buku, dan yang satu lagi menggunakan ABACA
Flashcard, perbedaan hasilnya sangat jauh sekali. Jauh lebih efektif ABACA
Flashcard dibandingkan dengan buku.
Sudah
terdapat penelitiannya. Sebab dalam satu halaman buku, memuat terlalu banyak
huruf atau simbol yang membuat anak sulit untuk fokus sehingga belajar membaca
bisa menjadi beban bagi anak. Materi ABACA Flashcard, disamping setiap kartu
hanya memuat 1 suku kata yang disusun dengan sistematis, namun suku kata
tersebut diurutkan berdasarkan level kesulitannya sehinga materinya lebih
sederhana dan menjadi sangat mudah.
2.
Guru
Tidak
dipungkiri, guru juga sangat menentukan faktor “fun” atau tidaknya sebuah
pembelajaran. Guru-guru yang hebat akan memahami apakah seorang anak sudah siap
belajar membaca. Setelah itu, guru harus mampu menganalisis kesiapan anak
ketika hendak belajar membaca, untuk menentukan “fun” tidaknya proses
pembelajaran di dalam kelas. Karena guru yang gagal menganalisis umumnya
memberikan ekspektasi berlebih pada anak yang belum siap belajar simbol atau
huruf.
3.
Kesiapan murid
Murid
yang sudah siap belajar membaca akan lebih peka terhadap huruf dibandingkan
yang belum siap belajar. Anak-anak dengan kepekaan tinggi, mudah sekali
merespon huruf dan apabila didukung dengan poin no. 1 dan 2 di atas, maka
kemajuannya akan sangat cepat sekali dan terlihat signifikan. Bahkan anak-anak
yang siap belajar membaca, bisa lulus ABACA Flashcard seri 1 dan 2, HANYA dalam
1 jam saja dan mampu membaca kalimat sederhana.
HINDARI
TEKANAN KETIKA BELAJAR
Tekanan
ketika belajar muncul ketika beban materi melebihi yang sanggup diterima oleh
anak. Contoh, orang tua yang menekan anaknya dan memberi terget bahwa anak
harus sudah bisa membaca sangat lancar sebelum memasuki SD. Umumnya orang tua
atau guru yang fokus pada hasil dan bukan pada proses akan memunculkan tekanan
belajar kepada muridnya. Dan ini akan menimbulkan efek trauma belajar atau
membencikegiatan belajar.
ANAK
TIDAK TERTEKAN DAN TETAP BERPRESTASI ASAL MEMENUHI SYARAT BERIKUT INI
Perlu
diketahui bahwa perkembangan setiap anak berbeda. Umumnya anak-anak dengan
kecerdasan logika tinggi menjadi early fluent reader atau bisa disebut pembaca
lancar pada usia dini. Apabila anak Anda lancar membaca pada usia sebelum SD
dan Anda tidak memaksakan belajar (kemampuan membaca diperoleh bukan dengan
tekakan namun karena kemauan anak sendiri karena memiliki media yang dapat
merangsangnya belajar tanpa beban atau tekanan), anak yang tidak sering sakit
(termasuk sakit secara emosional depresi dan terperangkap dalam hubungan yang
destruktif), masih punya waktu untuk kehidupan sosial di samping keluarga, maka
itu merupakan pertanda anak Anda sehat.
Anak-anak
yang ditarget untuk menguasai banyak ilmu, dan mengikuti banyak les,
sampai-sampai waktu istirahat hanya sebentar saja (hanya sore dan malam hari),
cenderung akan memiliki tingkat stres yang tinggi. Namun, apakah anak menikmati
semua aktivitas itu? Lihatlah kembali indikator kesehatannya.
Apabila
ditemukan tanda anak bahagia, tidak sering merasakan pusing, jarang sakit,
tidak murung, walaupun anak tersebut berprestasi di sekolah maka itu indikator
si anak sehat atau tidak tertekan.
D.
MENYEMBUHKAN ANAK YANG MENGALAMI TRAUMA BELAJAR MEMBACA.
Apa
yang menyebabkan anak trauma belajar membaca? Salah satunya disebabkan orang
tua membentak anak ketika anak sedang belajar menggunakan ABACA Flashcard.
Meskipun ABACA Flashcard dirancang sebagai media yang ramah otak, akan tetapi
jika pengajarnya pernah membentak ke anak maka akan menimbulkan trauma
tersendiri. Ciri khas anak trauma adalah, anak menolak belajar membaca pakai ABACA
Flashcard, meskipun sudah dibujuk. Oleh sebab itu hindari membentak pada anak,
mengkritiknya, bahkan dilarang mengatakan, “Salah!” Meskipun anak melakukan
kesalahan.
Cara
Anda mengkoreksi kesalahan anak, sangat menentukan apakah dia akan menyukai
belajar atau tidak. Bahkan tidak boleh menertawakan kesalahan anak, dll. Cara-cara
mengoreksi kesalahan anak seperti di atas, akan sangat menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar. Lalu bagaimana cara menyembuhkan trauma anak yang sudah
terlanjur takut dan menangis kalau diajak belajar membaca.
Caranya
adalah jangan ragu untuk meminta maaf ke anak. Akuilah kesalahan Anda, dan
katakan pada anak Anda bahwa Anda tidak akan membentak lagi dan kali ini
permainannya akan seru. Yakinkan pada anak Anda, bahwa dia akan
bersenang-senang memanen es krim bersama Anda. Tapi sebelum mengajarkan huruf,
pertama tes kesiapan anak terlebih dahulu, yaitu mulai tes warna dasar dan
kompleks, tes bidang datar, tes bentuk huruf, dll. Jika anak belum lolos pada
tes-tes tersebut, maka ada dua pilihan, menunda permainan jika Anda tidak cukup
sabar mendampinginya. Dan setiap 4 bulan sekali, anak dites lagi kesiapannya.
Dan
agar anak tidak kembali trauma maka ingatlah untuk tidak mengatakan kata-kata
yang mematahkan anak seperti, “salah.” Meskipun anak melakukan kesalahan, dia
tidak suka dikoreksi seperti itu. Langsung saja menyebut huruf yang benar, dan
jangan fokus pada kesalahan anak.
Contoh ketika anak salah
menyebut “ba” maka katakan, “ini ba” tanpa menuding anak bahwa dia telah melakukan
kesalahan. Pujilah dia. “Wah adik hebat ya, sudah mau belajar.” Jika anak terlihat tidak siap, maka tunda dulu belajar
membacanya. Mengapa perlu menundanya? Sebab belajar membaca memerlukan
kematangan otak, tanpa kematangan otak, pembimbing akan kesulitan mengajarnya
sebab anak susah memahaminya disebabkan otaknya belum cukup berkembang (belum
cukup matang).
ABACA FLASHCARD TIDAK
DIJUAL DITOKO BUKU, DAPATKAN HANYA DI DISTRIBUTOR DAN AGEN RESMI.
Kami agen resmi ABACA
Flashcard di Kota Semarang menyediakan berbagai Seri ABACA Flashcard sebagai
media mainan edukasi yaitu mengajar anak membaca melalui permainan.
Apabila Anda ingin melihat produk beserta spesifikasinya, silahkan klik di sini
Selanjutnya ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 4)
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar