Hakikat Anak Usia Dini dan Perkembangannya |
Proses pembelajaran pada anak usia dini
hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep dasar yang memiliki
kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk
menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal. Kemudian
menempatkan posisi orangtua dan guru sebagai pendamping, pembimbing serta
fasilitator bagi anak. Proses pendidikan seperti tersebut di atas dapat
menyeimbangkan bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak
orangtua/guru yang menempatkan anak secara pasif, sedangkan orangtua/guru
menjadi dominan. Kebergantungan anak pada pendidik di awal kehidupannya memang
sesuatu yang wajar, tetapi dengan berjalannya waktu ada saatnya anak harus
lebih mandiri, sehingga perlu adanya keseimbangan antara peran dan pola
pengasuhan dari pendidik yang terlalu dominan menjadi demokratis agar anak
memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dunia di sekitar.
Pada rentang usia lahir sampai 6 tahun anak
mengalami masa keemasan yang merupkan masa di mana anak mulai peka/sensitif
untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan
fungsi fisik dan psikis, anak telah siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa ini juga merupakan
masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa,
gerak-motorik, dan sosio emosional pada anak usia dini.
Pendidikan pada masa usia dini merupakan
wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar
terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan
pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar
untuk proses pendidikan selanjutnya.
Anak adalah manusia kecil yang memiliki
potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu
yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka
seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat
egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial,
unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek dan merupakan
masa yang paling potensial untuk belajar.
Pemahaman yang benar tentang hakikat dan
landasan penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya dimiliki oleh
setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan
anak usia dini. Dimulai dari lingkungan keluarga dalam hal ini adalah orangtua
dan atau pihak lain yang terdekat dengan anak, pendidik di berbagai lembaga
pendidikan yang memberikan layanan pada anak usia dini, masyarakat dan juga
para pemegang kebijakan mulai dari pemerintah pusat sampai daerah. Diharapkan
melalui pemahaman yang benar, para pihak akan dapat memberikan layanan yang
seoptimal mungkin bagi anak usia dini.
Anak usia dini adalah sosok individu yang
sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada
masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya
meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh orangtua dan guru dalam
proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura
dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan
kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang
diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen
yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan
kecerdasan anak.
Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik
dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang
diupayakan oleh orangtua dan guru haruslah yang dapat memberikan kesempatan
pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana,
hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan kepribadian anak. Contoh: jika anak dibiasakan untuk berdoa
sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun di lingkungan sekolah dengan
cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan
terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orangtua ataupun guru
mereka.
Usia dini sejak lahir sampai enam tahun
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan
inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat
tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak
terdapat pada media massa dan media elektronik lainnya.
Untuk itu sebaiknya orangtua dan orang dewasa
lainnya perlu: (1) memberi kesempatan dan menunjukkan permainan serta alat
permainan tertentu yang dapat memicu munculnya masa peka/ menumbuhkembangkan
potensi yang sudah memasuki masa peka; (2) memahami bahwa anak masih berada
pada masa egosentris yang ditandai dengan seolah-olah dialah yang paling benar;
keinginannya harus selalu dituruti dan sikap mau menang sendiri; dan sikap
orangtua dalam menghadapi masa egosentris pada anak usia dini dengan memberikan
pengertian secara bertahap pada anak agar dapat menjadi makhlus sosial yang
baik; (3) pada masa ini, proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang ada
disekitarnya tampak semakin meningkat. Peniruan ini tidak saja pada perilaku
yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya tetapi juga terhadap tokoh-tokoh
khayal yang sering ditampilkan di televisi. Pada saat ini orangtua atau guru
haruslah dapat menjadi tokoh panutan bagi anak dalam berperilaku; (4) masa
berkelompok, untuk itu biarkan anak bermain di luar rumah bersama-sama
temannya, jangan terlalu membatasi anak dalam pergaulan sehingga anak kelak
akan dapat bersosialisasi dan beradaptasi sesuai dengan perilaku dengan
lingkungan sosialnya; (5) memahami pentingnya eksplorasi bagi anak. Biarkan
anak memanfaatkan benda-benda yang ada disekitarnya dan biarkan anak melakukan
trial and error, karena memang anak adalah penjelajah yang ulung; dan juga (6)
disarankan agar tidak boleh selalu memarahi anak saat ia membangkang karena
bagaimanapun juga ini merupakan suatu masa yang akan dilalui oleh setiap anak.
Selain itu, bila terjadi pembangkangan sebaiknya diberi waktu pendinginan
(cooling down), misalnya berupa penghentian aktivitas anak dan membiarkan anak
sendiri berada di dalam kamarnya atau di sebuah sudut. Beberapa waktu kemudian
barulah anak diberikan nasihat tentang mengapa anak harus melakukan itu semua.
Pada kenyataannya, masih terdapat sebagian besar orangtua dan guru belum memahami
akan potensi luar biasa yang dimiliki anak usia dini. Keterbatasan pengetahuan
dan informasi yang dimiliki orangtua dan guru menyebabkan potensi yang dimiliki
anak tidak berkembang optimal.
Perkembangan merupakan suatu proses yang
bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi
perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada
perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat
hambatan.
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di
sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Masa ini merupakan periode
sensitif, selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima
stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Usia keemasan
merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan
berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak
disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas
perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari.
Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini
bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Bakat tersebut bersifat
potensial dan ibaranya muncul di atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu
diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya
lingkungan bermainnya. Itu berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada
anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi dan menggali sumber-sumber
terunggul yang tersembunyi dalam diri anak. Untuk itu, paradigma baru
pendidikan bagi anak usia dini haruslah berorientasi pada pendekatan berpusat
pada anak dan perlahan-lahan menyeimbangkan dominasi pendekatan lama yang lebih
berpusat pada orangtua dan guru.
Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu
yang membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya orangtua dan guru tidaklah
dapat menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seolah-olah kosong
melompong. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk
ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat
merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut.
Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa
usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya. Diyakini oleh sebagai besar pakar, bahwa masa
kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa datang dan
sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara
optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada sat memberikan
stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Secara teoritis berdasarkan aspek
perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila
kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara
psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak
membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar melalui interaksi sosial dengan
orang dewasa dan anak-anak lainnya, anak belajar melalui bermain, minat anak
dan rasa keingintahuannya memotivasinya untuk belajar sambil bermain serta
terdapat variasi individual dalam perkembangan dan belajar.
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar