Membaca
adalah jendela dunia. Dengan ABACA Flashcard belajar membaca menjadi mudah dan
menyenangkan.
MENGAPA
BERBENTUK FLASHCARD?
Metode
mengajar yang baik adalah secara interaktif, ada hubungan timbal balik antara
guru dengan murid.
1. Bersifat
interaktif, ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid.
2.
Melibatkan banyak indera.
3.
Bersifat privat.
4. Guru
segera memberikan tanggapan ketika murid mengalami kesulitan. Memberikan
evaluasi tanpa mengkritik dan memberikan pujian jika murid berhasil menjawab
dengan benar.
5. Mampu mengembangkan imajinasi murid.
Metode
mengajar yang baik membutuhkan media pembelajaran yang baik.
Kriteria media
pembelajaran yang baik:
1.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.
Efektif.
3.
Tepat sasaran.
4.
Berkualitas
Media
pembelajaran apa yang tepat untuk mengajari anak belajar huruf?
Flashcard
adalah pilihan yang tepat. Bayi mempelajari bahasa melalui konteks. Agar bayi
mudah memahami bahasa, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kata-kata
diucapkan secara lantang (mudah didengar).
2. Jelas.
3. Disampaikan
secara berulang-ulang.
4. Dengan
cara inilah seorang ibu bisa berkomunikasi dengan bayinya.
Dan Flashcard adalah media yang tepat untuk
mengenalkan bahasa sekaligus tulisan kepada anak. Anak-anak mudah memahami
tulisan dalam bentuk yang sederhana, metode pembelajarannya menarik dan sering
diulang. Dengan cara tersebut, anak belajar membaca secara alami sebagaimana ia
belajar berbicara dengan menggunakan bahasa ibunya. Mengajari anak membaca berarti
kita mengolah bahasa ke dalam bentuk tulisan.
KEUNGGULAN
FLASHCARD
- Flascard
membantu anak lebih fokus terhadap huruf.
- Berbentuk
kartu dengan huruf yang besar dan warna mencolok disertai dengan gambar.
- Dilengkapi
permainan agar hasil lebih efektif.
Anak-anak
suka dengan permainan. Mereka belajar melalui permainan. Dengan cara ini proses
belajar mengadi sangat menyenangkan, anak tidak cepat bosan, mereka menikmati
proses belajar sehingga hasilnya lebih optimal.
MENGAPA
TIDAK BERBENTUK VCD, BUKU, TV ATAU YANG LAINNYA?
Sebab
VCD, Buku, TV tidak memenuhi poin-poin sebagai media belajar yang bagus karena
tidak bersifat interaktif, tidak melibatkan banyak indera, tidak bersifat
privat, dan tidak memberi umpan balik secara langsung. Itulah salah satu sebab
acara menarik sekelas OSCAR’S BLENDING gagal total memahamkan anak mengenal
huruf.
Hasil riset menunjukan bahwa dari 20 anak yang ditelita, 35% diantara
mereka menonton acara tersebut sampai selesai. Tetapi anak-anak tersebut
ternyata tidak mampu memahami materi huruf yang disampaikan. Penyebabnya,
pembawa acaranya yang berupa boneka lucu ternyata lebih menarik perhatian
daripada materi huruf yang diajarkan. Akibatnya, anak-anak tidak memperhatikan
materi huruf yang diajarkan.
MEDIA
BELAJAR YANG BAGUS SELAIN MEMBUAT ANAK SUKA BELAJAR JUGA EFEKTIF MEMBUAT MEREKA
MENYERAP MATERI DENGAN BAIK.
Mengapa
ABACA Flashcard yang terbaik? Karena:
1. Bersifat
interaktif, ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid
2.
Melibatkan banyak indera
3.
Bersifat privat
4. Mampu
mengembangkan imajinasi anak.
KEUNGGULAN
ABACA FLASHCARD
ABACA
Flashcard memberikan hasil yang luar biasa. Anak bisa lulus seri 1 hanya dalam
waktu sebulan. Lulus seri 2 hanya dalam waktu sehari bahkan cuma membutuhkan
waktu sekitar 2 jam. Setiap kartu diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan.
Misal, kartu “a”, “ba”, “ca” di box 1 sedangkan kartu “da” di box 2. Ini
bertujuan untuk menghindari kerancuan pemahaman anak terhadap “ba” dan “da”.
Gambar
diletakan di balik kartu. Ini bertujuan agar anak fokus pada materi huruf
sekaligus sebagai pengait agar anak tidak mudah lupa terhadap materi yang
dipelajarinya. Setiap kartu diklasifikasikan secara sistematis dan terstruktur
menyerupai ilmu deret dalam matematika.
Berikut
ini kesalahan yang dilakukan Flashcard di pasaran:
1.
Meletakan gambar dan huruf pada satu sisi
Hal
ini menghilangkan unsur memorizing sehingga anak tidak benar-benar mau
mengingat huruf yang ada pada kartu tersebut. Tersebab dalam 1 sisi kartu yang
sama terdapat huruf sekaligus gambar. Jadi anak cenderung membaca gambar bukan
huruf. Kartu yang dibuat dengan hamar dan huruf dalam satu sisi, akan
menurunkan lebih dari 50 % keberhasilan menghafal huruf.
2.
Menggunakan nama huruf lalu mengaitkannya dengan obyek benda yang bunyinya berbeda.
Fakta
menunjukan, huruf memiliki nama dan nama huruf itu berbeda dengan bunyinya.
Contoh huruf “c” bunyinya “ce”. Seringkali metode yang ada kurang memperhatikan
penamaan huruf dengan bunyi huruf. Sehingga huruf “c” seringkali digunakan
untuk mewakili obyek “cicak”. Ketidakkonsistenan penyebutan ini membuat
rata-rata anak (tidak semuanya, tapi kebanyakan anak) gagal memahami metode
ini. Hal tersebut akan mengurangi tingkat keberhasilan dan membuat hafalan huruf menjadi lebih lama. Metode seperti ini cocok untuk anak yang sudah
memahami tekhnik memaca, bukan anak yang baru pertama belajar simbol. Jadi
tidak cocok untuk pemula.
3.
Terlalu banyak variabel yang diberikan pada satu kartu
Pada
kebanyakan Flashcard, dalam 1 kartu ada banyak sekali huruf. Hal ini akan
mengurangi tingkat konsentrasi anak dan membuat mereka susah menghafal. Semakin
banyak variabel dalam satu kartu maka semakin tinggi tingkat kegagalannya dan
membuat mereka merasa sedang tidak belajar meskipun metodenya sudah dilengkapi musik,
bahkan game. Musik atau bahkan game apapun yang disertakan pada kartu, jika
materi pada kartu terlalu sulit maka anak akan kehilangan kesenangan bermain
game.
Jadi jangan terkecoh pada sebuah metode yang mengklaim bisa ini dan itu
sementara di dalam satu kartu ternyata terdapat terlalu banyak variabel huruf.
Semakin banyak huruf, semakin membuat anak tertekan dan kehilangan gairah
belajar.
ABACA
Flashcard memperhitungkan tingkat kesulitan materi huruf pada setiap kartu.
Tekhnik pengklasifikasian tiap suku kata diperhitungkan berdasarkan hasil
observasi pada beberapa anak yang mengalami kesulitan menghafal huruf.
Huruf-huruf yang sulit diletakan di urutan terakhir agar anak tidak terbebani
ketika pertama kali mengenal huruf tertentu.
Dalam
1 sisi kartu ABACA hanya ada 1 simbol yang variabelnya berubah seperti a, b, c dst dan satu huruf lagi yang variabelnya tetap. Dengan menciptakan pola yang
konsisten hinga “za” lalu mengklasifikasikannya sesuai tingkat kesulitannya,
membuat ABACA Flashcard lebih mudah dihafal dibandingkan kartu atau metode lain
yang ada di pasaran.
Dipadukan
dengan game seru. Tingkat kesulitan gamenya pun diperhitungkan. Jika game
terlalu sulit, maka akan menurunkan gairah anak untuk belajar. Sehingga
perpaduan antara game dengan materi yang ada pada kartu harus selaras agar
belajar menjadi benar-benar menyenangkan.
APA
YANG TERJADI SAAT ANAK YANG BELUM SIAP BELAJAR MEMBACA MENGGUNAKAN FLASHCARD
SELAIN ABACA?
Tingkat
kegagalannya makin tinggi, diiringi dengan tingkat stres yang besar. Tak hanya
tingkat stres mereka yang meningkat, anak juga mengalami kesulitan untuk fokus.
Tingkat keberhasilan kecil (meskipun ada yang berhasil namun jumlahnya sangat
sedikit). Dan jika orang tua tidak sabar, justru bisa memicu munculnya mental
hectic.
PENEMUAN
ABACA FLASHCARD BERAWAL DARI KELAS
FISIKA KUANTUM
Di
sebuah kelas Fisika Teori, dosen sedang menjelaskan kepada mahasiswanya tentang
kelebihan ilmu Fisika Terori dibandingkan ilmu lainnya. Salah satu mahasiswi
yang ada di kelas itu sangat mencintai bidang matematika. Ia justru meragukan
kata-kata dosennya sendiri. Bagi si mahasiswi, kalimat sang dosen adalah sebuah
arogansi. Menurutnya dalam dunia sains tidak ada keniscayaan. Sains terus
berkembang.
Dengan cara itulah, ilmu pengetahuan dan tekhnologi terus ditemukan
dan berkembang. Di alam ini semua bersifat nisbi, itulah sebabnya ia berani
membuat gagasan ‘gila’. Mengacak-acak urutan alphabet yang telah dibakukan oleh
dunia internasional. Kemudian ia membuat kurikulum sendiri tentang belajar huruf.
Si
mahasiswi sangat yakin, anak-anak tidak peduli dengan urutan alphabet. Yang
mereka pikirkan adalah bagaimana supaya mereka bisa lebih mudah mengingat
alphabet yang jumlahnya sangat banyak itu. Hingga akhirnya pada juni 2011,
alumni Fisika Teori tersebut berhasil menemukan ABACA Flashcard. Ia
memperkenalkan temuannya tadi di Facebook. Mahasiswi inilah yang dikenal dengan
nama Diena Ulfaty.
Gagasan
dan penemuan baru lazimnya akan mendapat pertentangan pada awalnya. Hingga
kemudian diakui dan diterima banyak orang. Demikian halnya yang dialami oleh
ilmuwan sekelas Issac Newton, Albert Einsten dll. Ini pula yang dialami ABACA
Flashcard. Pada awalnya, dianggap melawan arus.
Urutan Alphabet tidak
sebagaimana mestinya dan ukuran Flashcardnya tidak terlalu besar. Namun
ternyata, respon customer sungguh luar biasa. Mereka banyak yang puas. Belajar
membaca menjadi sangat mudah dan menyenangkan. Bahkan ABACA Flashcard membuat
anak-anak kecanduan belajar membaca sesuai testimoni yang ada.
KETERATURAN
MEMBUAT MANUSIA MUDAH MEMAHAMI SESUATU
Alam
semesta diciptakan dalam keteraturan, bukan tanpa sebab yang jelas. Andai semua
benda yang kita lempar di atas bumi tidak selalu jatuh ke bawah, maka Newton
tidak akan pernah menemukan teori gravitasi. Sains itu mudah, karena didapat
dari pemahaman manusia terhadap kejadian alam yang teratur dan konsisten. Jika
alam ini kacau, maka ilmuwan akan susah merumuskan apapun. Akibatnya, tidak akan
lahir ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Inti dari semua ini adalah, bahwa
keteraturan membuat manusia dapat memahami sesuatu dan kekacauan membuat
manusia tidak dapat mengambil pelajaran dari alam sekitarnya.
MENGAPA
KETERATURAN DIPERLUKAN DI SETIAP HAL, TERMASUK ALPHABET?
Sains
membuktikan, keteraturan diperlukan hampir di setiap hal. Dengan mekanisme inilah,
manusia bisa memahami sesuatu. Maka, huruf alphabet juga memerlukan rumusan
tertentu yang polanya konsisten. Keteraturan pola inilah yang diwujudkan dalam ABACA
Flashcard. Agar otak anak yang belum cukup berkembang bisa lebih mudah memahaminya.
Riset
membuktikan, hanya sebagian kecil anak yang mampu menguasai materi huruf tanpa
menggunakan metode terstruktur. Hanya anak dengan IQ tinggi atau yang memiliki
kecerdasan logika tinggi yang mampu membaca tanpa menggunakan metode
terstruktur.
Marie
Curie adalah penemu polonium, yang merupakan salah satu unsur kimia dengan
simbol Po dan memiliki nomor atom 84. Atas penemuannya tersebut, ia mendapatkan
hadiah nobel ketika berusia 35 tahun. Marie Curie sudah bisa membaca saat
usianya 4 tahun. Padahal ia hanya diajari nama-nama huruf dan bunyi kata oleh
kakaknya yang berusia 7 tahun. Ketika itu, kakak Marie belum bisa membaca. Ia
hanya tahu nama-nama huruf saja. Anehnya, justru Marie yang lebih dulu bisa
membaca meskipun ia hanya diajari nama-nama huruf dan bunyi kata saja.
Selain
Marie Curie, ada lagi anak jenius lain yang sudah bisa membaca surat kabar
dengan lancar saat usianya baru 6 tahun. Ditangani oleh seorang psikolog
Amerika bernama Torey Hayden hingga anak ini mandiri dan dapat menata hidupnya
sendiri setelah sebelumnya menghadapi kekerasan di rumahnya. Anak tersebut
bernama Sheila. Saat Sheila ditanya, siapa yang mengajarinya membaca.
Jawabannya sangat mengejutkan. Ia berkata, “Tidak tahu. Aku tiba-tiba bisa
membaca tulisan di pinggir jalan dan robekan surat kabar yang dibuang di tempat
sampah. Saat di tes IQ, ternyata IQ Sheila sama dengan IQ Albert Einstein,
yakni kategori jenius.
Anak-anak
jenius memiliki cara mengolah informasi di dalam otaknya dengan cara yang
berbeda dibanding dengan anak normal. Itulah sebabnya, mereka tidak memerlukan
metode terstruktur untuk dapat memahami huruf. Pada umumnya, mereka dapat
membaca di usia yang sangat dini bahkan sebagian orang tua mereka tidak tahu
secara pasti sejak kapan anak mereka bisa membaca.
Bagaimana
dengan rata-rata anak yang tidak memiliki IQ setinggi Marei Curie? Apakah
anggapan bahwa anak akan bisa membaca sendiri jika sudah waktunya merupakan
anggapan yang benar? Andai saja pernyataan yang mengatakan bahwa anak yang
sudah siap belajar membaca akan bisa membaca dengan sendirinya (tanpa stimulus
dan berlaku untuk semua jenis kecerdasan), tentu di dunia ini tidak akan ada
yang buta huruf.
Tapi
faktanya tidak seperti itu. Bahkan Indonesia termasuk negara yang angka buta
hurufnya masih tinggi. Belajar membaca tidak sama dengan belajar berjalan atau
merangkak, yang bisa terjadi secara alamiah dan jika masanya tiba maka pasti
bisa. Membaca lebih mirip mengerjakan tugas matematika yang memerlukan banyak
latihan dan hanya dapat dikerjakan secara mudah (lebih mudah) jika anak sudah
memiliki kemampuan menalar atau berfikir logis. Untuk mencapai tahap keahlian
membaca, ataupun menjawab soal matematika, diperlukan latihan. Dan latihan ini
hanya bisa dilakukan ketika anak telah dinyatakan siap belajar simbol
(huruf/angka).
PENTINGNYA
PENGKLASIFIKASIAN HURUF PADA ABACA FLASHCARDS
Latar
belakangnya:
1.
Jumlah anak yang mampu belajar membaca tanpa metode terstruktur masih sangat
sedikit. Hanya anak dengan IQ jenius atau anak yang memiliki kecerdasan logika
tinggi saja yang mampu belajar membaca tanpa perlu metode terstruktur. Dengan
demikian, secara statistik rata-rata anak membutuhkan meotde terstruktur.
Metode terstruktur ini adalah dengan mengklasifikasikan huruf alphabet
mengikuti pola tertentu. ABACA Flashcard mengggunakan metode artimatika suku
kata, yakni mengklasifikasikan materi dengan urutan termudah sampai tingkat
kesulitan tertinggi dan terpola jelas serta dipadukan dengan game agar
anak-anak enjoy saat belajar.
2.
Rentang perhatian rata-rata anak terkategori pendek
Anak-anak
mudah bosan. Oleh karena itu mereka bisa fokus pada suatu hal hanya sebentar
saja. Termasuk perhatian mereka kepada buku. Rata-rata anak tidak sanggup
menyelesaikan dua halaman buku belajar membaca dan memilih berhenti membaca
kalimat yang ada di buku, sebab kurang menikmati cara belajarnya. Ini yang
terjadi pada rata-rata anak. Dunia anak memang bermain. Mereka belajar pun
sambil bermain. Mengkombinasikan proses belajar dengan permainan tentu lebih
mengasyikan bagi anak. Mereka merasakan sedang bermain. Padahal pada waktu yang
sama mereka juga sedang belajar.
3. Anak-anak
cenderung suka pada materi yang mudah
Jika
anak-anak dipilihkan materi yang cenderung sulit, mereka akan malas melanjutkan
ke sesi berikutnya dan memilih berhenti belajar. Agar materi membaca menjadi
mudah maka ABACA Flashcard membuat kurikulum sendiri untuk membaca huruf dengan
memisahkan suka kata yang mirip dan meletakan huruf-huruf sulit di box-box
terakhir. Jika dengan kurikulum seperti ini tidak bisa memahami, maka jangan terlalu
berharap pada kartu biasa yang tersusun tanpa pola dan hanya sekumpulan kartu
saja yang isinya berupa huruf. Apabila anak kesulitan menggunakan ABACA Flashcard,
langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengetes kesiapan sang anak. Bila anak
belum siap maka tunda dulu belajarnya dan tunggu anak-anak benar-benar siap.
Jika
anak sudah siap tapi tetap tidak bisa, maka ganti pengajarnya. Carikan seorang
pengajar yang dapat membangun hubungan positif dengan anak tersebut. Tanpa
pengajar yang bagus (dapat membangun hubungan positif dengan anak serta
memahami karakternya), rasanya agak mustahil memperoleh hasil yang memuaskan,
tak peduli sebagus apapun media yang digunakan.
4.
Anak-anak tidak suka diforsir.
Itulah
sebabnya, ABACA Flashcard maksimal hanya terdapat 15 suku kata. Orang tua
hendaknya menghentikan sesi belajar dan mengambil jeda waktu untuk istirahat
saat anak sudah kehilangan konsentrasinya. Itulah yang melatarbelakangi tekhnik
pengklasifikasian suku kata pada box-box yang terdapat pada ABACA Flashcard.
Untuk menjaga anak agar selalu pada kondisi terbaiknya.
MENGAPA
UKURAN KARTU ABACA FLASHCARD TIDAK DIBUAT SEBESAR KARTU BAYI?
Tidak
selamanya yang dianut oleh banyak orang itu benar, karena kebenaran itu
sifatnya independen, tidak bergantung pada berapa jumlah orang yang
meyakininya. Oleh karena itu, kita harus tahu dari mana hasil pemikiran itu
berasal dan mengapa harus diyakini kebenarannya. Apakah itu MITOS atau FAKTA?
Adakah data yang mendukung hal itu?
Berikut
ini yang mempengaruhi ukuran karta ABACA Flashcard:
1. Mencari
font yang ramah untuk mata dan penghematan biaya produksi/harga jual.
2. Khusus
dibuat privat meskipun di kelas besar (dengan jumlah murid minimal 20 orang).
3.
Anak-anak enjoy dengan ukuran kartu ABACA.
MENCARI
FONT YANG RAMAH UNTUK MATA DAN PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI/HARGA JUAL.
Itulah
dasar filosofi yang melatarbelakangi mengapa ABACA Flashcard menerbitkan kartu
dengan ukuran yang tidak lazim, yang menurut kebanyakan orang ukurannya tidak
sebesar kartu bayi. Banyak orang terlanjur terbiasa menggunakan kartu sebesar
kartu bayi sehingga menganggap negatif semua hal yang terlihat tidak lazim.
Belum ada sebuah penelitian, seberapa ukuran kartu yang paling tepat, yang bisa
secara efektif mempengaruhi penyerapan materi pada anak. Sebelum diterbitkan,
berbagai observasi telah dilakukan. Antara lain memperhatikan ukuran kartu di
pasaran beserta ukuran font yang terdapat pada kartu dan buku yang beredar di
pasaran. Umumnya ukuran font pada kartu yang besar sekalipun, ternyata fontnya
juga tidak terlalu besar disebabkan terlalu banyak variabel huruf yang ada pada
setiap kartunya.
ABACA
Flashcard dibuat dengan faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah berapa
ukuran yang pas, sehingga anak-anak merasa enjoy dan tidak protes. Dan pastinya
biaya produksi tidak terlalu tinggi sehingga harga jualnya juga tidak tinggi. Untuk
menjawabnya, statistik dibuat dengan mengajukan pertanyaan,
“Rata-rata orang
Indonesia mampu mengeluarkan uang berapa untuk barang seperti ini?” Jika dengan
kartu yang ukuran sedang sudah cukup dapat membuat hasil pembelajaran efektif,
mengapa kita mengeluarkan biaya produkasi yang besar? Apalagi jika hal itu tidak
mempengaruhi hasil pembelajaran secara signifikan?
Itulah
pertanyaan yang paling berpengaruh pada pengambilan keputusan tentang ukuran
kartu ABACA Flashcard.
Itulah
sebabnya harga ABACA Flashcard terjangkau dibanding kartu-kartu sejenis di
pasaran. Apalagi bila dibanding dengan kartu untuk bayi yang import, satu set
harganya jutaan.
Jika
ukuran huruf tidak tepat, mata anak akan mudah lelah sehingga belajar menjadi
kurang enjoy. Bahkan kartu yang terlalu besar pun juga dapat membuat anak
kurang menikmati proses belajar, mengapa? Sebab jika font terlalu besar, maka
pengaruh pada mata yang melihat akan menimbulkan efek lelah. Seperti kelelahan
ketika melihat benda dalam jarak yang sangat dekat. Jika ukuran font terlalu
besar, mata akan mudah lelah saat melihatnya. Sama seperti jika melihat benda
terlalu dekat.
Sebenarnya
yang terpenting bukan ukuran kartunya. Sebesar apapun kartu yang digunakan,
jika ukuran font atau huruf pada kartu terlalu kecil atau terlalu besar maka inilah akan mempengaruhi faktor
penyerapan materi.
Setelah
melakukan observasi pada buku-buku belajar membaca yang ada di pasaran, ternyata
hurufnya tidak terlalu besar. Jika dibandingkan font yang ada pada kartu ABACA
Flashcard (font a, ba, ca, dll), maka ukuran font yang ada di buku jauh lebih
kecil dibanding ukuran font pada kartu ABACA Flashcard.
Akhirnya
dengan berbagai pertimbangan, ukuran font ABACA Flashcard dibuat sebesar yang
ada pada kartu sekarang. Mengingat metode yang digunakan adalah privat, maka
ukuran kartu dan font sebesar ABACA Flashcard yang sekarang adalah ukuran yang
dianggap paling pas. Dan ketika digunakan oleh anak-anak, tak satu pun diantara
mereka mempertanyakan besarnya. Mereka tidak merasa terganggu dengan ukuran
kartu dan font yang ada di ABACA Flashcard.
Pertimbangan
ukuran kartu ABACA Flashcard adalah:
1.
Seberapa mata NORMAL bisa melihat sesuatu tanpa harus merasa lelah.
2.
Biaya produksi semakin ditekan maka semakin baik sebab semakin rendah biaya
produksi maka semakin terjangkau harga jual kartunya.
ABACA
FLASHCARD TIDAK DIJUAL DITOKO BUKU, DAPATKAN HANYA DI DISTRIBUTOR DAN AGEN
RESMI.
Kami agen resmi ABACA Flashcard di Kota Semarang menyediakan berbagai Seri ABACA Flashcard sebagai media mainan edukasi yaitu mengajar anak membaca melalui permainan.
Apabila Anda ingin melihat produk beserta spesifikasinya, silahkan klik di sini
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar