Kamis, 10 Agustus 2017

Multiple Intelligences, Kunci Anak Berprestasi

multiple-intelligences-kunci-anak-berprestasi
Multiple Intelligences, Kunci Anak Berprestasi

Setiap orangtua tentu menginginkan anak yang cerdas, berprestasi, dan pandai membawa dirinya sendiri. Beberapa orangtua merasakan kekhawatiran jika anaknya tidak dapat menerima pelajaran dengan baik, tidak dapat mengerjakan tugas dengan sempurna, bahkan ketakutan akan tinggal kelas. Bagi orangtua yang sibuk, kekhawatiran ini selalu menjadi musuh yang mengikuti dan dapat menyerang di mana saja dan kapan saja.

Kenali Jenis Kecerdasannya

multiple-intelligences-kunci-anak-berprestasi

Setiap anak terlahir cerdas. Tinggal bagaimana orangtua mengembangkan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh anaknya. Seharusnya, setiap orang tua memahami bahwa tingkat kecerdasan setiap anak berbeda. Dengan demikian, orangtua tidak akan memaksakan anaknya untuk selalu mendapatkan nilai 10 pada semua mata pelajaran di sekolah.

Dengan mengenali kecerdasan anak, akan membantu mengetahui potensi-potensi yang ada pada dirinya. Pada hakikatnya setiap anak dilahirkan dengan kelebihannya masing-masing. Namun, bila kecerdasan itu tidak diketahui akan menjadi sia-sia bakat yang telah dimiliki.

Mengenal kecerdasan anak dapat dilakukan dengan cara melakukan pendekatan dan mengamati kegemaran anak.

Sebagai contoh:

“Anak suka sekali menggambar dan menolak jika mengikuti kegiatan olahraga.”

Cermatilah dan lakukan pendekatan dengan tepat agar tidak salah dalam menggolongkan kecerdasan anak. Selain melakukan pendekatan dan mengamati kegemaran, dengan memerhatikan kenakalan anak, kecerdasan yang anak miliki dapat terlihat.

Pakar Multiple Intelligences, Thomas Armstrong, menyatakan ada dua cara sederhana untuk mengenali jenis-jenis kecerdasan anak. Salah satunya adalah mengamati kenakalan anak. Sebenarnya cara ini ditujukan untuk para guru, tetapi sekarang cara ini dapat dilakkan di luar sekolahya, khususnya di rumah.

Kenakalan anak adalah semacam “seruan pemberontakan” terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan. Karena anak-anak itu menganggap gaya belajar yang diterapkan kepadanya tidak sesuai dengan gaya belajara alamiah mereka.

Mereka berteriak minta tolong. Cara anak-anak mengekpresikan permintaan tolong adalah dengan melakkan hal-hal yang dianggap orang dewasa sebagai kenakalan.

Jika diamati, ternyata kenakalan anak-anak itu berbeda ekspresinya. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik biasanya sering membuat celetukan dan canda kata-kata. Anak yang memiliki kecerdasan spasial akan mencoret-coret. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal akan mengobrol dengan teman-temannya. Sementara anak yang memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani tidak dapat duduk diam.

Indikator pengamatan lain yang sederhana dan dapat digunakan adalah mengamati cara anak-anak menggunakan waktu luang mereka. Pada saat jadwal anak tidak teratur secara eksternal oleh orang lain, anak-anak dapat tampil alamiah dan apa adanya. Mereka bebas memilih kegiatan apa saja yang disukainya.

Oleh karena itu, aktivitas mereka menunjukkan bagaimana cara mereka belajar (learning style) dan jenis-jenis kecerdasan yang menonjol pada diri mereka.

Tentu saja pengamatan ini sangat sederhana. Oleh sebab itu, dapat kita terapkan pada anak-anak di rumah. Walaupun bukan ahli psikologi, sebagai orangtua yang disibukkan dengan jadwal padat, belajar mengenali anak tetap menjadi hal yang sangat penting. Dengan demikian, orangtua dapat lebih efektif saat memfasilitasi tumbuh kembang anak.

Selanjutnya, apa yang harus Anda lakukan? Kembangkan kecerdasan majemuk anak Anda. Penyanyi sukses di negeri ini tidak hanya memiliki kecerdasan musikal, tetapi juga kecerdasan sosial. Artinya, seorang penyanyi harus mempunyai kemampuan dan keberanian untuk tampil di muka umum. Jika dia hanya mengandalkan kecerdasan musikalnya saja, tidak mungkin dia akan menjadi sukses di kariernya.

Contoh lainnya adalah seorang PR (Public Relation). Selain cerdas kata, dia juga harus dapat membawa diri di lingkungan sosial. Memang, setiap anak memiliki satu kecerdasan yang menonjol, tetapi anak tidak akan sukses hanya dengan mengandalkan satu jenis kecerdasan saja. Untuk itu, cobalah mengembangkan jenis kecerdasan lain yang anak Anda tidak kuasai.

Sebagai contoh, anak Anda sangat pandai dalam pelajaran matematika, tetapi tidak mampu bergaul dengan teman-temannya di sekolah. Akibatnya, anak Anda selalu menyendiri karena malu untuk bergaul dengan teman seusianya. Cobalah untuk mengembangkan kecerdasan sosialnya dengan memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat mengembangkan kecerdasannya.

#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar