Multiple Intelligences, Kunci Anak Berprestasi |
Setiap
orangtua tentu menginginkan anak yang cerdas, berprestasi, dan pandai membawa
dirinya sendiri. Beberapa orangtua merasakan kekhawatiran jika anaknya tidak
dapat menerima pelajaran dengan baik, tidak dapat mengerjakan tugas dengan
sempurna, bahkan ketakutan akan tinggal kelas. Bagi orangtua yang sibuk,
kekhawatiran ini selalu menjadi musuh yang mengikuti dan dapat menyerang di
mana saja dan kapan saja.
Setiap
anak terlahir cerdas. Tinggal bagaimana orangtua mengembangkan jenis kecerdasan
yang dimiliki oleh anaknya. Seharusnya, setiap orang tua memahami bahwa tingkat
kecerdasan setiap anak berbeda. Dengan demikian, orangtua tidak akan memaksakan
anaknya untuk selalu mendapatkan nilai 10 pada semua mata pelajaran di sekolah.
Dengan
mengenali kecerdasan anak, akan membantu mengetahui potensi-potensi yang ada
pada dirinya. Pada hakikatnya setiap anak dilahirkan dengan kelebihannya
masing-masing. Namun, bila kecerdasan itu tidak diketahui akan menjadi sia-sia
bakat yang telah dimiliki.
Mengenal
kecerdasan anak dapat dilakukan dengan cara melakukan pendekatan dan mengamati
kegemaran anak.
Sebagai
contoh:
“Anak
suka sekali menggambar dan menolak jika mengikuti kegiatan olahraga.”
Cermatilah
dan lakukan pendekatan dengan tepat agar tidak salah dalam menggolongkan
kecerdasan anak. Selain melakukan pendekatan dan mengamati kegemaran, dengan
memerhatikan kenakalan anak, kecerdasan yang anak miliki dapat terlihat.
Pakar
Multiple Intelligences, Thomas Armstrong, menyatakan ada dua cara sederhana
untuk mengenali jenis-jenis kecerdasan anak. Salah satunya adalah mengamati
kenakalan anak. Sebenarnya cara ini ditujukan untuk para guru, tetapi sekarang
cara ini dapat dilakkan di luar sekolahya, khususnya di rumah.
Kenakalan
anak adalah semacam “seruan pemberontakan” terhadap gaya belajar tertentu yang
dipaksakan. Karena anak-anak itu menganggap gaya belajar yang diterapkan
kepadanya tidak sesuai dengan gaya belajara alamiah mereka.
Mereka
berteriak minta tolong. Cara anak-anak mengekpresikan permintaan tolong adalah
dengan melakkan hal-hal yang dianggap orang dewasa sebagai kenakalan.
Jika
diamati, ternyata kenakalan anak-anak itu berbeda ekspresinya. Anak yang
memiliki kecerdasan linguistik biasanya sering membuat celetukan dan canda
kata-kata. Anak yang memiliki kecerdasan spasial akan mencoret-coret. Anak yang
memiliki kecerdasan interpersonal akan mengobrol dengan teman-temannya.
Sementara anak yang memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani tidak dapat duduk
diam.
Indikator
pengamatan lain yang sederhana dan dapat digunakan adalah mengamati cara
anak-anak menggunakan waktu luang mereka. Pada saat jadwal anak tidak teratur
secara eksternal oleh orang lain, anak-anak dapat tampil alamiah dan apa
adanya. Mereka bebas memilih kegiatan apa saja yang disukainya.
Oleh
karena itu, aktivitas mereka menunjukkan bagaimana cara mereka belajar
(learning style) dan jenis-jenis kecerdasan yang menonjol pada diri mereka.
Tentu
saja pengamatan ini sangat sederhana. Oleh sebab itu, dapat kita terapkan pada
anak-anak di rumah. Walaupun bukan ahli psikologi, sebagai orangtua yang
disibukkan dengan jadwal padat, belajar mengenali anak tetap menjadi hal yang
sangat penting. Dengan demikian, orangtua dapat lebih efektif saat
memfasilitasi tumbuh kembang anak.
Selanjutnya,
apa yang harus Anda lakukan? Kembangkan kecerdasan majemuk anak Anda. Penyanyi
sukses di negeri ini tidak hanya memiliki kecerdasan musikal, tetapi juga kecerdasan
sosial. Artinya, seorang penyanyi harus mempunyai kemampuan dan keberanian
untuk tampil di muka umum. Jika dia hanya mengandalkan kecerdasan musikalnya
saja, tidak mungkin dia akan menjadi sukses di kariernya.
Contoh
lainnya adalah seorang PR (Public Relation). Selain cerdas kata, dia juga harus
dapat membawa diri di lingkungan sosial. Memang, setiap anak memiliki satu
kecerdasan yang menonjol, tetapi anak tidak akan sukses hanya dengan
mengandalkan satu jenis kecerdasan saja. Untuk itu, cobalah mengembangkan jenis
kecerdasan lain yang anak Anda tidak kuasai.
Sebagai
contoh, anak Anda sangat pandai dalam pelajaran matematika, tetapi tidak mampu
bergaul dengan teman-temannya di sekolah. Akibatnya, anak Anda selalu
menyendiri karena malu untuk bergaul dengan teman seusianya. Cobalah untuk
mengembangkan kecerdasan sosialnya dengan memberikan rangsangan-rangsangan yang
dapat mengembangkan kecerdasannya.
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar