Jumat, 11 Agustus 2017

Multiple Intelligences, Kecerdasan Eksistensial

multiple-intelligences-kecerdasan-eksistensial
Multiple Intelligences, Kecerdasan Eksistensial

Howard Gardner (Bapak Kecerdasan Ganda) merumuskan kecerdasan ini sebagai kecerdasan yang menaruh perhatian besar pada masalah hidup yang paling utama dan hakiki, seperti hal-hal yang berbau filosofis. Para filsuf dan orang-orang seperti teolog, kiai, pastur, pendeta, biksu, yogi dikategorikan sebagai orang-orang yang sangat menonjol dalam kecerdasan eksistensialnya.

Namun, contoh paling umum dari orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial yang tinggi adalah mereka yang sering di malam hari duduk di balkon atau serambi rumah dan memandang bintang di langit sembari bertanya di dalam hati, “Kira-kira berapa luasnya jagat raya ini?”

Contoh lain saat Anda mengagumi bayi yang masih ada dalam perut istri Anda. Sementara bayangannya tercermin dari layar USG, di dalam hati Anda berkata, “Bagaimana perjalanan hidup anakku, sampai ia sudah sebesar ini?”

Beberapa tokoh dunia yang memiliki kecerdasan eksistensial yang tinggi, misalnya Vasily Kandinsky, seorang seniman dengan bukunya Concerning The Spiritual in Art yang mencoba menjelaskan kekuatan pikiran dalam menjelajahi alam mistis dan kosmis.

Kemudian jangan lupakan, ahli fisika J. Robert Oppenheimer ketika ia menyaksikan peledakan pertama bom atom. Ia pun teringat sepenggal bait dari Kitab Bhagavad Gita mengenai kehancuran alam raya. Sedemikian mengganggunya “kebijakan” Bhagavad Gita memasuki pikiran Oppenheimer menyebabkan ia kelak dicopot dari segala macam jabatan dan akses yang dianggap dapat menganggu keamanan negara.

Jarang sekali ada anak yang memiliki kecerdasan Eksistensial. Cara pengembangannya pun tidak seperti kecerdasan-kecerdasan lainnya. Dengan adanya pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang dilalui, maka kecerdasan eksistensial juga akan berkembang.

#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar