Multiple Intelligences, Kecerdasan Eksistensial |
Howard
Gardner (Bapak Kecerdasan Ganda) merumuskan kecerdasan ini sebagai kecerdasan
yang menaruh perhatian besar pada masalah hidup yang paling utama dan hakiki,
seperti hal-hal yang berbau filosofis. Para filsuf dan orang-orang seperti
teolog, kiai, pastur, pendeta, biksu, yogi dikategorikan sebagai orang-orang
yang sangat menonjol dalam kecerdasan eksistensialnya.
Namun, contoh paling umum dari orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial yang tinggi adalah mereka yang sering di malam hari duduk di balkon atau serambi rumah dan memandang bintang di langit sembari bertanya di dalam hati, “Kira-kira berapa luasnya jagat raya ini?”
Contoh
lain saat Anda mengagumi bayi yang masih ada dalam perut istri Anda. Sementara
bayangannya tercermin dari layar USG, di dalam hati Anda berkata, “Bagaimana
perjalanan hidup anakku, sampai ia sudah sebesar ini?”
Beberapa
tokoh dunia yang memiliki kecerdasan eksistensial yang tinggi, misalnya Vasily
Kandinsky, seorang seniman dengan bukunya Concerning The Spiritual in Art yang
mencoba menjelaskan kekuatan pikiran dalam menjelajahi alam mistis dan kosmis.
Kemudian
jangan lupakan, ahli fisika J. Robert Oppenheimer ketika ia menyaksikan
peledakan pertama bom atom. Ia pun teringat sepenggal bait dari Kitab Bhagavad
Gita mengenai kehancuran alam raya. Sedemikian mengganggunya “kebijakan”
Bhagavad Gita memasuki pikiran Oppenheimer menyebabkan ia kelak dicopot dari
segala macam jabatan dan akses yang dianggap dapat menganggu keamanan negara.
Jarang
sekali ada anak yang memiliki kecerdasan Eksistensial. Cara pengembangannya pun
tidak seperti kecerdasan-kecerdasan lainnya. Dengan adanya pengalaman dan
peristiwa-peristiwa yang dilalui, maka kecerdasan eksistensial juga akan
berkembang.
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar