Permainan Edukasi Sederhana |
Komitmen orangtua untuk menciptakan
lingkungan belajar yang berfokus pada anak dan keyakinan bahwa setiap anak
mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda. Permainan-permainan edukasi sederhana
umumnya merupakan pengembangan dari kegiatan belajar yang dilakukan di kelas,
tapi juga bisa dilakukan dengan mudah di rumah.
Semua kegiatan ini dibuat berdasarkan asumsi
bahwa anak mempunyai rasa ingin tahu yang amat besar, dan merupakan pembelajar
yang hanya memerlukan kesempatan, semangat dan dukungan dari keluarga untuk bisa
tumbuh dan berkembang. Permainan-permainan edukasi sederhana tak hanya
mendidik, tapi juga menyenangkan. Dan walaupun semua keterampilan yang akan
dikuasai nantinya merupakan dasar dari kurikulum di sekolah,
keterampilan-keterampilan tersebut juga bermanfaat kapan saja dan di mana saja.
Seiring berjalannnya waktu, konsep-konsep
dasar yang dipelajari dan dilihat oleh si kecil berulang-ulang akan
meningkatkan pemahamannya tentang dunia orang dewasa. Proses belajar tak akan
pernah berhenti, melainkan terus berlangsung sepanjang hidup!
Keterampilan yang dipelajari dari permainan
edukasi sederhana ini adalah:
1. Aktivitas Bahasa
- Pra menulis yaitu pengenalan abjad,
menggambar dan mewarnai.
- Menulis yaitu mereka-reka ejaan, mengenal
bunyi huruf, dan membedakan bunyi.
- Membaca yaitu membedakan secara visual,
pengenalan tulisan, pemahaman, berpikir kritis, berpikir imajinatif, dan
keterampilan berbahasa
2. Aktivitas Matematika
- Mengenal relasi bilangan
- Menyortir dan mengklasifikasi
- Mengenal pola
- Pengenalan angka
- Membuat perbandingan
- Menghitung
- Memecahkan masalah
- Melakukan pengukuran
- Membuat perkiraan
- Mengurutkan
- Mengenal bentuk geometris
- Menyusun dan mengelompokkan
- Mengenal grafik
- Mengenal waktu
- Mengenal uang
3. Aktivitas Ilmu Pengetahuan Alam
- Keterampilan bertanya
- Melakukan pengamatan
- Membuat hipotesis
- Melakukan eksperimen
- Mengumpulkan dan mencatat data
- Membuat kesimpulan
4. Aktivitas Fisik
- Koordinasi mata dan tangan
- Keterampilan menggunakan jari-jemari
- Keterampilan motorik halus
- Keterampilan motorik kasar
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Bahasa
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Bahasa |
Membaca adalah bahasa yang ditulis.
Pengenalan dengan segala bentuk tulisan, tanda-tanda, iklan di kotak makanan,
nama-nama pabrik yang ada di televisi, kulkas, begitu juga di surat kabar,
majalah, dan buku. Membantu anak mencari keterkaitan antara berbicara, menulis
dan membaca. Awal dari kegiatan menulis adalah menggambar. Anak menyampaikan
suatu pesan dalam gambar yang ia buat. Anak sebaiknya selalu didorong untuk
menggambar dan menyampaikan arti atau pun “cerita” dari gambar yang telah ia
buat.
Pada tingkatan yang paling awal, keterampilan
motorik halus anak masih belum sempurna. Namun, sejalan dengan bertambahnya
waktu dan latihan, kemampuannya dalam menggunakan jari-jarinya akan semakin
berkembang. Ketika anak telah melampaui tahap menggambar dan mulai “menulis“,
tulisannya biasanya berbentuk garis, lingkaran, dan apa yang disebut pendidik
sebagai “tanda-tanda”.
Secara perlahan, huruf-huruf abjad akan
dipelajari, dan lambat laun akan mengarah pada kata dan kemudian kalimat. Pada
tahap awal, anak sebaiknya didorong untuk “mengeja dengan nyaring” kata-kata
yang ditulisnya, dengan penekanan pada huruf awal terlebih dahulu, baru
kemudian ke huruf tengah, lalu huruf terakhir. Ini adalah proses pengenalan
bunyi huruf (phonics) yang disebut “mereka-reka ejaan” dan dapat membantu anak
agar tidak lagi tergantung pada orang dewasa serta mengetahui cara mengeja yang
benar. Pada awalnya, cerita atau pesan yang ditulis anak kadang tidak
mencerminkan apa yang ingin dikatakannya. Namun, yang penting ia telah memahami
bahwa apa yang ia tulis memuat suatu pesan untuk orang lain. Ini merupakan
langkah besar dalam mempelajari bahasa.
Gunakan huruf kecil saat membuat kartu-kartu
berisi huruf atau kata-kata. Umumnya tulisan lebih banyak menggunakan huruf
kecil sehingga anak sebaiknya dikenalkan dengan huruf kecil terlebih dahulu
sebelum huruf-huruf besar.
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas
Matematika
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Matematika |
Mempersiapkan iklim bersahabat untuk
aktivitas matematika tergantung cara kita memandang matematika sebagai lebih
dari sekadar penambahan dan pengurangan dan bukan hanya angka atau simbol. Matematika
untuk anak-anak harus konkret, bukan simbolik. Menyortir dan menyeleksi adalah
langkah awal untuk mengembangkan keterampilan dalam mengamati persamaan dan
perbedaan objek dan mengelompokkannya berdasarkan ukuran, warna dan bentuk.
Dengan menggunakan kacang-kacangan, tusuk
gigi, dan kancing baju, si kecil bisa memahami konsep dasar matematika sebelum
menerapkan ke angka. Lewat bantuan kelima indranya untuk memecahkan persoalan
matematika, ia sebenarnya belajar merepresentasikan konsep abstrak dengan cara
yang mudah. Walau mengenali angka-angka tertulis itu penting, dan ada banyak
kegiatan di rumah untuk mempelajari itu semua, penekanan utamanya sebaiknya
pada penggunaan bahan yang bisa ia sentuh untuk mengeksplorasi pemecahan
masalah.
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Ilmu
Pengetahuan Alam
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Ilmu Pengetahuan Alam |
Ilmu pengetahuan alam sangat berkaitan erat
dengan rasa ingin tahu dan kebiasaan bertanya tentang berbagai hal. Melalui pengamatan
yang ia lakukan, seorang anak bisa membuat suatu hipotesis, seperti “Tanaman
memerlukan sinar matahari untuk tetap hidup.” Hipotesis itu nantinya bisa
diikuti dengan suatu eksperimen dengan menulis dan menggambarkan yang dilihat
adalah suatu metode ilmiah. Terakhir, setelah semua itu dilakukan, suatu
kesimpulan pun bisa diperoleh. Penting untuk diingat, bagi seorang anak yang
masih kecil, yang dimaksud ilmu pengetahuan alam adalah mengamati dan membuat
perbandingan, bukan memberi penjelasan yang panjang. Jadi, Anda tidak perlu
memberikan penjelasan selengkap mungkin atas semua fenomena alam yang ada.
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Fisik
Permainan Edukasi Sederhana Aktivitas Fisik |
Anak berkembang sebagai individu utuh,
menggunakan pengindraan, pikiran dan tubuh dalam beraktivitas. Perkembangan fisik
anak-anak yang masih kecil amat jelas terlihat, dan kemampuan melakukan
tugas-tugas fisik serta menggunakan anggota tubuh untuk melakukannya sangat
penting untuk membangun kompetensi. Bagi anak yang masih kecil, berhasil
melakukan aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik sama pentingnya
dengan mengembangkan keterampilan sosial atau berbahasa.
Beberapa permainan edukasi sederhana dibuat
berdasarkan pengalaman belajar dengan mengkoordinasikan mata dan tangan, yang
diciptakan Maria Montessori. Montessori memahami bahwa anak mencari keteraturan
di dunianya secara alami, dan kegiatan-kegiatan yang menarik bagi pikiran dan
indra sangatlah berguna. Meniru orang dewasa juga penting bagi perkembangan
anak. Anak-anak mendapatkan kepuasan
saat mengulang-ulang sesuatu; dan pada saat yang sama, konsentrasi dan rasa
percaya diri pun tumbuh melalui kegiatan yang mereka lakukan.
Metode Montessori adalah suatu metode
pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr.
Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad
20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun
ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.
Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20 |
Maria Montessori (lahir di Chiaravalle,
Ancona, Italia, 31 Agustus 1870, meninggal di Noordwijk, Belanda, 6 Mei 1952
pada umur 81 tahun) adalah seorang pendidik, ilmuwan, dan dokter berkebangsaan
Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi
kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian.
Metode ini kelak dikenal dengan sebutan Metode Montessori.
Ciri dari metode Montessori adalah penekanan
pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru
(sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini
menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat
perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan
keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak
(koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.
Walaupun banyak sekolah-sekolah yang
menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk
dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja.
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar