Minat Bermain dan Perkembangan Anak |
Apabila suatu hari kita mengunjungi taman penitipan anak (day care), maka kita dapat mengamati adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada setiap anak. Secara kemampuan fisik, terdapat beberapa anak sedang mengendarai sepeda roda dua, beberapa anak sudah dapat menggunakan gunting dengan baik, dan beberapa anak sedang melompat-lompat di sekitar pekarangan. Ada juga sekelompok anak yang sedang bekerja sama dengan baik di sudut kotak pasir dan Anda juga melihat beberapa anak-anak yang lebih tua sedang membantu anak-anak yang lebih muda dalam melengkapi atau menyelesaikan permainan puzzle.
Berdasarkan
ilustrasi di atas, sebagai seorang guru atau orangtua hendaknya harus
mengenali, memilih dan kemudian memutuskan kegiatan terorganisir seperti apakah
yang akan dikembangkan untuk sejumlah anak dengan kemampuan yang berbeda
tersebut.
A.
HAKIKAT BERMAIN
Bermain
adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain
adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara
bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak pada umumnya sangat menikmati permainan
dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan.
Menurut
Piaget dalam Mayesti, bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seorang anak, sedangkan menurut Parten dalam Dockett dan
Fleer memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui
bermain dapat memberi kesempatan anak berekplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan
bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia
hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup.
Selanjutnya Dockett
dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena
melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat
berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan
dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.
B. TUJUAN BERMAIN
PADA ANAK USIA DINI
Pada dasarnya bermain
memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal
anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan
terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah
perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi
kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar
anak yang satu dengan anak lainnya.
Elkonin dalam Catron
dan Allen salah seorang murid dari Vygotsky menggambarkan empat prinsip
bermain, yaitu: (1) dalam bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa
yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2)
kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan
menegosiasikan aturan bermain; (3) anak menggunakan replika untuk menggantikan
obyek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan
menggunakan simbol termasuk ke dalam perkembangan berpikir abstrak dan
imajinasi; (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu
mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman mainnya.
Untuk mendukung
keempat hal tersebut, seorang anak dapat melakukan pembelajaran yang situasinya
merupakan khayalan anak tersebut atau yang biasa disebut dengan bermain
sosiodrama, bermain pura-pura, atau bermain drama.
Bermain bagi anak
merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa.
Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seorang anak.
Eheart dan Leavitt
dalam Stone mengatakan bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi
pada anak, tidak saja pada potensi fisik, tetapi juga pada perkembangan
kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreatifitas dan pada akhirnya prestasi
akademik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wolfgang berpendapat bahwa terdapat
sejumlah nilai-nilai dalam bermain (the value of play), yaitu bermain dapat
mengembangkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif. Dalam pembelajaran
terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya,
sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain, antara lain: (1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan
koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan
keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana
kerja tubuhnya; (2) dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya
diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena
saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau
karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati);
(3) dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak
seringkali melakukan ekspolorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat mengembangkan
kemandiriannya dan menjadi diri sendiri, karena melalui bermain anak selalu
bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran
sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
Cosby dan Sawyer
menyatakan bahwa permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area
perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang
dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan
untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk berkreativitas.
Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka
bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu,
dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka
ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
C. KARAKTERISTIK
BERMAIN PADA ANAK USIA DINI
Jeffre, McConkey dan
Hewson berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak
yang perlu dipahami oleh stimulator, yaitu:
Bermain muncul dari
dalam anak
Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya bermain dilakukan dengan kesukarelaan, bukan paksaan.
Bermain harus bebas
dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati.
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena akan usia dini memiliki cara bermainnya sendiri. Untuk itulah bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan.
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena akan usia dini memiliki cara bermainnya sendiri. Untuk itulah bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan.
Bermain adalah
aktivitas nyata atau sesungguhnya
Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat anak bermain dengan air, anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenal air dari bermainnya. Bermain melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental.
Bermain harus
difokuskan pada proses daripada hasil
Dalam bermain akan
harus difokuskan pada proses, bukan hasil yang diciptakan oleh anak. Dalam
bermain anak mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan
keterampilan baru, mengembangkan keterampilan anak dan anak memperoleh
pengetahuan dari apa yang ia mainkan.
Bermain harus
didominasi oleh pemain
Dalam bermain harus
didominasi oleh pemain, yaitu anak itu sendiri tidak didominasi oleh orang
dewasa, karena jika bermain didominasi oleh orang dewasa maka anak tidak akan
mendapatkan makna apa pun dari bermainnya.
Bermain harus
melibatkan peran aktif dari pemain
Anak sebagai pemain
harus terjun langsung dalam bermain. jika anak pasif dalam bermain anak tidak
akan memperoleh pengalaman baru, karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.
D. KLASIFIKASI DAN
JENIS BERMAIN
Adapun jenis
permainan yang dapat dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini
dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan
oleh Jefree, Conkey dan Hewson, yakni permainan eksploratif, permainan dinamis,
permainan dengan keterampilan, permainan sosial, permainan imajinatif, dan
permainan teka-teki. Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling
terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja
salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan yang lainnya. Justru
keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik
tersendiri anak saat melakukan permainan tersebut.
Selain jenis
permainan tersebut di atas, yang dimaksud dengan permainan kreatif merujuk pada
paparan Lopes dalam tulisannya yang berjudul “Creative Play Helps Children
Grow”, menyatakan bahwa permainan kreatif dapat diklasifikasikan dalam:
(1) Kreasi terhadap
objek berupa pembelajaran di mana anak melakukan kreasi tertentu terhadap suatu
objek seperti menggabungkan potongan-potongan benda sehingga menjadi bentuk
mobil-mobilan.
(2) Cerita bersambung
berupa pembelajaran di mana guru memulai awal sebuah cerita dan setiap anak
menambahkan cerita selanjutnya bagian per bagian seperti cerita dengan
menggunakan buku besar.
(3) Permainan drama
kreatif berupa permainan di mana anak dapat mengekspresikan diri melalui
peniruan terhadap tingkah laku orang, hewan ataupun tanaman, hal ini dapat
mereka memahami dan menghadapi dunia seperti bermain peran dokter-dokteran.
(4) Gerakan kreatif
berupa pembelajaran yan glebih menggunakan otot-otot besar seperti permainann
aku seorang pemimpin di mana seorang anak melakukan gerakan tertentu dan anak
lain mengikutinya/ berpantomim atau kegiatan membangun dengan pasir, lumpur dan
atau tanah liat.
(5) Pertanyaan
kreatif yang berhubungan dengan pertanyaan terbuka, menjawab pertanyaan dengan
sentuhan panca indra, pertanyaan tentang perubahan, pertanyaan yang membutuhkan
beragam jawaban, pertanyaan yang berhubungan dengan suatu proses atau kejadian.
E. TAHAPAN DAN
PERKEMBANGAN BERMAIN
Dalam bermain, anak
belajar untuk berinteraksi dengan lingkungann dan orang yang ada di sekitarnya.
Dari interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya maka kemampuan
sosialisasi anak pun menjadi berkembang. Pada usia dua hingga lima tahun, anak
memiliki perkembangan bermain dengan teman bermainnya.
Berikut ini enam
tahapan perkembangan bermain pada anak menurut Parten dan Rogers dalam Dockett
dan Fleer.
1. Unoccupied atau tidak
menetap
Anak hanya melihat
anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain. anak pada tahap ini hanya
mengamati sekeliling dan berjalan-jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan
anak yang bermain.
2. Onlooker atau
penonton/pengamat
Pada tahap ini anak
belum mau terlibat untuk bermain, tetapi anak sudah mulai bertanya dan lebih
mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak sudah mulai mnucul ketertarikan
untuk bermain. setelah mengamati anak biasanya dapat mengubah caranya bermain.
3. Solitary independent
play atau bermain sendiri
Tahap ini anak sudah
mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainannya, terkadang anak
berbicara dengan temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan
permainan anak lain.
4. Parallel activity
atau kegiatan pararel
Anak sudah bermain
dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak lainnya dan anak
cenderung menggunakan alat yang ada di dekat anak yang lain. Pada tahap ini,
anak juga tidak mempengaruhi anak lain dalam bermain dengan permainannya. Anak
masih senang memanipulasi benda daripada bermain dengan anak lain. Dalam tahap
ini biasanya anak memainkan alat permainan yang sama dengan anak lainnya. Apa
yang dilakukan anak yang satu tidak memengaruhi anak yang lain.
5. Associative play atau
bermain dengan teman
Pada tahap terjadi
interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalam bermain anak sudah mulai saling
mengingatkan satu sama lain. Terjadi tukar menukar mainan atau anak mengikuti
anak lain. Meskipun anak dalam kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak
terdapat aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum
terjadi diskusi untuk mencapai satu tujuan bersama, seperti membangun bangunan
dengan perencanaan. Tetapi, masing-masing dapat sewaktu-waktu meninggalkan
permainan kapan saja ia mau, tanpa perlu merusak mainan.
6. Cooperative or
organized supplementary play atau kerja sama dalam bermain atau dengan aturan
Saat anak bermain
secara bersama secara lebih terorganisasi dan masing-masing menjalankan peran
yang saling memengaruhi satu sama lain. Anak bekerja sama dengan anak lain
untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan
biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin
dalam bermain.
Dari keenam tahapan
di atas, tampak bahwa dalam bermain anak mengambangkan kemampuannya dan belajar
untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
F. BERMAIN
BERDASARKAN KEMAMPUAN ANAK
Pembelajaran pada
anak usia dini juga dipengaruhi oleh kemampuannya baik secara fisik, kognitif,
bahasa, sosioemosional ataupun keterampilannya. Untuk itu bermain dapat
diklasifikasikan berdasarkan kemampuan anak, sebagai berikut:
1. Bermain Eksploratoris
Bermain eksplorasi
memengaruhi perkembangan anak melalui empat cara yang berbeda: (1) ekplorasi
memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menemukan hal baru, (2) eksplorasi
merangsang rasa ingin tahu naka, (3) eksplorasi membantu anak mengembangkan
keterampilannya, dan (4) eksplorasi mendorong anak untuk mempelajari
keterampilan baru. Adapun cara untuk mendorong anak untuk bermain eksplorasi:
- Tunjukkan pada anak bahwa dunia ini sangat berharga untuk dieksplorasi atau dijelajahi.
- Ikuti apa yang dilakukan anak, orangtua hanya mengawasai dan mendampingi saja.
- Orangtua dapat menunjukkan cara bereksplorasi agar anak lebih termotivasi.
Memilih kegiatan permainan
Kesan pertama:
- Melibatkan anak dalam berbagai permainan dan libatkan anak dalam kegiatan rutinitas sehari-hari.
- Beri dukungan pada anak dan biarkan anak mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya.
- Lihat, ajak anak untuk melihat dan fokus pada alat permainannya yang tidak diletakkan pada tempat tertentu yang menarik perhatian anak sehingga anak terdorong untuk menggapai atau mengambil alat permainan tersebut.
Bekerja dengan tangan:
- Permainan ini untuk anak yang telah mempelajari tingkatan tertentu pada keterampilan tangannya seperti meraih, dan mengambil benda. Kegiatan ini melibatkan anak untuk menggunakan tangannya dalam bereksplorasi dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya dengan tingkat kesulitan yang bertingkat.
- Berkeliling, kegiatan ini diberikan pada anak yang mulai berjalan dan senang berkeliling seperti seorang penjelajah, di mana anak diajak berkeliling untuk bereksplorasi dengan dunia yang lebih luas.
2. Bermain Energetik
Permainan ini melibatkan energi yang sangat
banya, seperti memanjat, melompat dan bermain bola. Kegiatan ini melibatkan
seluruh koordinasi tubuh. Pentingnya permainan kekuatan: (1) permainan enerjik
membantu anak untuk menjadi penjelajah yang aktif dalam lingkungannya, (2)
permainan enerjik membantu anak untuk mengendalikan tubuhnya, (3) permainan
enerjik membantu anak untuk mengkoordinasikan setiap bagian yang berbeda pada
tubuhnya.
Permainan enerjik untuk anak cacat, berguna
untuk: (1) membantu anak untuk mengendalikan tubuhnya dan bergerak sesuai
dengan tujuannya, tetapi tetap harus didampingi oleh seorang terapis, (2)
membangkitkan permainan enerjik, (3) sebelum melakukan kegiatan sebaiknya
mengetahui penampakan tahapan perkembangan permainan enerjik yang disajikan
dalam grafik perkembangan.
Memilih kegiatan permainan
Maju terus
- Tetap tenang dan percaya diri dalam melakukan kegiatan.
- Kendalikan dengan lembut, hindari gerakan yang menyentak.
- Jangan memberikan perlawanan terhadap ketahanan.
- Dilakukan pada kedua sisi tubuh.
- Tanpa pakaian, karena pakaian dapat menghambat gerakan anak.
Menemukan pada kaki sendiri
Kegiatan ini untuk mengembangkan kemampuan
berjalan pada anak
- Berpijak pada kaki
- Menarik dan mendorong
- Permainan dilihat dan melihat
- Merangkak, berdiri, bangkit, bergerak untuk berdiri tegak dan berdiri sendiri, berjalan sendiri dan menendang.
Bersiap untuk bergerak
Kegiatan ini dikembangkan untuk anak yang
sudah berjalan, seperti: memanjat, menaiki tangga, melompat, mengendarai sepeda
roda tiga, bermain sepatu roda, menendang bola, melempar, menangkap dan bermain
dalam tim, seperti bermainan bola yang melibatkan kegiatan menendang, melempar
dan menangkap.
3. Bermain Keterampilan.
Pentingnya bermain dengan keterampilan,
antara lain: (1) membantu anak untuk menjadi pembangun, (2) dapat mengurangi
keputusasaan, (3) mengarah pada kebergunaan dan kemandirian, (4) mengembangkan
keterampilan baru meningkatkan kepercayaan diri, serta (5) belajar melalui
memegang langsung bahan.
Membangkitkan permainan dengan keterampilan
Untuk membangkitkan permainann dengan
menggunakan keterampilan penting bagi orang dewasa untuk memahami perkembangan
anak yang sedang terjadi melalui grafik perkembangan.
Memilih kegiatan permainan yang melibatkan
keterampilan
Memegang langsung
Sebelum anak terlibat dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan, anak perlu berkembang:
- Kemampuannya dalam melihat dan mengikutinya jika bergerak.
- Meraih benda.
- Memegang benda di tangannya.
- Menggunakan jari jemari dan ibu jari untuk memegang benda.
Berikut ini kegiatan permainan yang dapat
dikembangkan untuk mengasah berbagai keterampilan yang berbeda:
- Mencari, berisikan kegiatan untuk mengembangkan kemampuan melihat, mengikuti objek, dan mencari asal suara.
- Meraih, menggambarkan kegiatan untuk mengembangkan kemampuan dalam meraih, seperti boneka kelly, mainan yang dapat diremas dan alat musik sederhana.
- Menggenggam, kegiatan yang mengembangkan kemampuan menggenggam pada anak.
- Seluruh jari dan ibu jari, mengembangkan kemampuan untuk menggunakan jari dan ibu jari, seperti mendayung perahu, mendorong diri sendiri, membuat dan menggosok sosis dan bertepuk tangan.
Tangan yang pintar
- Menggunakan
Mengembangkan kegiatan yang melibatkan dalam
menggunakan peralatan, seperti permainan memukul dengan palu, memukul drum,
mengelompokkan peralatan dan kesempatan untuk menggunakan peralatan atau perkakas.
- Melanjutkan
Mengembangkan kemampuan yang melibatkan
kegiatan untuk meraih, seperti memasukkan cincin dan meronce permulaan.
- Membangun
Mengembangkan kemampuan dalam membangun,
seperti membangun menara dengan menggunakan dua buah balok, membuat kereta
balok, mainan memasangkan balok dan balok kayu.
- Menggambar
Kegiatan ini mengembangkan kegiatan
berhubungan menggambar dan termasuk menggunting dan merekat, seperti
mencoret-coret, mencocokkan gambar, melukis, membuat buku coretan dan merobek
kertas.
4. Bermain Sosial
Penting bagi seorang anak untuk terlibat
dengan orang lain selain dirinya. Interaksi, dapat diartikan secara sederhana
dengan merespon pada perilaku orang lain. Bermain sosial, dasar dari seluruh
pembelejaran sosial adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih.
Pentingnya bermain sosial: (1) sebagai sarana
bagi anak untuk belajar dari orang lain, (2) mengembangkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi, (3) membuat anak lebih mampu untuk bersosialisasi, (4) membantu
anak untuk mengembangkan persahabatan.
Memilih Kegiatan Permainan
Bermain denganku
Merupakan bentuk awal dari bermain sosial,
biasanya terjadi antara anak dan orang tua, seperti orang tua memberikan
kesempatan pada anak untuk terlibat, mengawasi respon yang tidak diinginkan,
mengikuti kemauan anak dan menyanyikan lagu anak.
Kita berdua
Kegiatan
yang melibatkan sedikitnya dua orang dalam bermain, baik orang dewasa
dan anak, atau dua orang anak, seperti: terlibat langsung, berlatih dengan
orang tua, bertemu dengan anak lain, terbiasa dengan anak lain, serta mendorong
anak untuk bermain bersama.
Bergiliran
Dikembangkan pada kegiatan yang melibatkan
aturan atau bermain dengan aturan:
- Mempelajari aturan baik antara orang dewasa dan anak, dua orang anak dan sekelompok anak.
- Mempelajari aturan pada permainan sederhana dan perlombaan.
- Membuat permainan yang lebih sulit.
- Peraturan baru, seperti pemenang, dadu dan ular tangga.
- Permainan luar ruangan.
5. Bermain Imajinatif
Pentingnya bermain imajinasi, (1) membantu
anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa, (2) membantu anak untuk
memahami orang laing, (3) membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya, (4)
membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri.
Memilih pembelajaran
- Mari berpura-pura: membawahi imajinasinya, bermain pura-pura, bermain peran. Tujuan umum: anak mampu mengikuti petunjuk, menjadi lebih imajinatif, menyusun skenario dan membicarakannya.
- Bercerita: melihat gambar dan waktu cerita.
6. Bermain Teka-teki
Pentingnya bermain memecahkan teka-teki
dapat: (1) mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir, (2) teka-teki mendorong
rasa ingin tahu anak, dan (3) mengembangkan kemandirian pada anak.
Bermain teka-teki pada anak cacat:
- Menunjukkan padanya bahwa di dunia ini banyak objek yang dapat menarik perhatiannya.
- Harus memberikan perhatian pada objek yang sangat dimintai oleh anak.
- Mendorong rasa ingin tahu anak terhadap puzzle.
- Memberikan kesempatan pada anak untuk memecahkan teka-teki.
Mengembangkan permainan teka-teki
- Bagaimana cara kerjanya?
Anak harus memecahkan persoalan dengan
menemukan bagaimana cara kerjanya.
- Serupa tetapi tak sama
Berisikan kegiatan yang
mengembangkan kemampuan anak untuk mencari tahu perbedaan dan persamaan dari
berbagai objek, seperti permainan mencocokkan dan permainan mengelompokkan.Selanjutnya Minat Bermain dan Perkembangan Anak (bagian 2)
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar