Kelanjutan dari artikel: Membentuk PribadiSuper pada Anak: Time Out dan Grounded
Banyak orangtua mengeluh betapa kewalahannya
mereka saat anak-anak tidak mau hidup mandiri, seperti misalnya harus disuapi
saat makan, padahal sudah waktunya berangkat kerja. Atau ketika jam menunjukkan
pukul 8 teng (bayangkan jam masuk kerja Anda adalah pukul 8 atau bahkan kurang),
Anda masih disibukkan dengan urusan anak. Jika pun Anda dapat mengatasinya,
pasti pagi Anda menjadi super padat. Keadaan ini akan terus terjadi selama anak
Anda tidak mau mandiri dan bertanggung jawab.
Sebenarnya, menjadi mandiri merupakan naluri setiap orang sejak masih bayi. Setiap bayi tentunya mulai belajar menggerakkan anggota tubuhnya dari merangkak, duduk, berjalan, menggapai suatu barang, jika diperhatikan usaha mereka tidak pernah pantang menyerah. Bayi akan terus dan terus melakukan apa yang ingin dilakukannya. Saat jatuh, ia akan terus berusaha untuk bangun walaupun jatuh kembali. Begitu pun ketika mereka ingin meraih sesuatu, apa pun yang ia lakukan untuk menggapai dan meraihnya. Naluri untuk menjadi mandiri ini menjadi terhambat oleh lingkungan yang tidak mendukung proses kemandirian anak dan sikap orangtua yang salah memperlakukan mereka, misalnya sikap orangtua yang serba melarang, tidak membiarkan bayi mereka bereksplorasi, orangtua yang terlalu khawatir akan keselamatan anaknya sehingga selalu berkata “jangan”. Akibatnya, anak menjadi seroang pencemas dan penakut.
Bagaimana dengan sifat yang tidak
bertanggungjawab? Sifat ini berasal dari pola pembinaan dan pembiasaan yang
salah. Hal sepele misalnya, saat anak makan permen dan membuang bungkus permen
di sembarang tempat. Anda merasa ‘ah, anak kecil kan belum tahu masalah
kebersihan’ (baca: Anda menjadi orangtua yang penuh pemakluman), maka hal ini
akan menjadi rutinitas (pembiasaan) pada anak. Anak belum mengerti makna
kebersihan, maka tugas Anda adalah mengarahkan dan menunjukkan padanya seperti
apa hidup bersih itu.
Mempunyai anak yang tidak mandiri dan tidak
bertanggung jawab, tentu akan sangat merepotkan Anda. Lantas, apa saja yang
dapat Anda lakukan untuk melatih kemandirian dan rasa tanggung jawab pada anak
Anda?
Berikan penjelasan dan
pemahaman
Berikan penjelasan dan pemahaman pentingnya
kemandirian dan tangung jawab kepada anak. Baru kemudian Anda memberikan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika anak Anda telah cukup mengerti dengan
arti kemandirian dan tanggung jawab, maka cobalah memberikannya kepercayaan
untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan dirinya sendiri, misalnya
biarkan anak memakai baju sendiri, menyiapkan alat-alat sekolah sendiri, dan
sebagainya (meskipun di rumah ada banyak pembantu). Jika perlu, libatkan anak
dalam tugas rumah tangga sesuai dengan kesanggupannya.
Berikan anak dorongan dan
dukungan
Dorongan dan dukungan sangat dibutuhkan anak,
contohnya, saat anak Anda memakai baju yang tidak matching dalam memadupadankan
warna. Jangan pernah mengejeknya karena penampilannya yang kacau. Berikan
dukungan dan arahan bagaimana cara berpakaian yang baik.
Beri anak kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya
Banyak orangtua lupa bahwa anak juga memiliki
hak dan kemampuan untuk menyatakan pendapatnya. Oleh karena itu, tidak ada
salahnya Anda melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Dengan
demikian, ia akan merasa sangat dihargai, sekalipun pendapat yang
disampaikannya asal ‘bunyi’.
Berikan reward dan punishment
Berikan reward baik berupa pujian atau hadiah
setiap kali anak Anda melakukan perbuatan yang baik. Reward akan memberikan energi
yang luar biasa bagi anak. Ia akan mengulangi lagi perbuatan tersebut dan akan
terekam dalam benaknya bahwa perilaku tersebut merupakan hal yang baik yang
harus dilakukan. Namun, bagaimana jika anak Anda menolak diberi tugas? Hal
terpenting yang perlu Anda lakukan adalah memberinya peringatan. Sebagai
contoh, Anda sudah melatih dan membantu anak Anda bagaimana menyiapkan
peralatan sekolah dalam beberapa hari. Hari selanjutnya, mintalah anak Anda
untuk menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Jika dia menolak, biarkan dia
menerima konsekuensi dari perilakunya tersebut, entah dia akhirnya absen
sekolah atau telah ke sekolah. Hukuman juga dapat Anda terapkan jika anak Anda
melanggar kesepakatan yang telah Anda dan anak Anda buat bersama, misalnya
jadwal bermain, tugas harian, dan sebagainya. Jika anak Anda bermain game
overtime, mulailah untuk mendisiplinkannya dengan melatih rasa tanggung
jawabnya. Di waktu senggang, buatlah perjanjian (boleh lisan ataupun tulisan)
dengan anak Anda. Sertakan pula hukuman apa yang akan diterimanya jika dia
ingkar terhadap perjanjian yang sudah dibuat. Jika anak Anda ingkar, Anda dapat
menerapkan teknik disiplin time out ataupun grounded kepada anak Anda.
#terimakasihgoogle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar