Rabu, 13 Desember 2017

Membentuk Pribadi Super pada Anak: Kedekatan Emosional Tidak sama dengan Kedekatan Fisik

membentuk-pribadi-super-pada-anak

Kelanjutan dari artikel: Membentuk Pribadi Super pada Anak

Sebagai sebuah ilustrasi, ketika dua orang teman lama bertemu secara kebetulan dalam sebuah acara, salah seorang dari mereka bercerita bahwa kedua anaknya sangat nakal dan liar. Susah diatur dan bandel. Selalu saja ada ulah yang merugikan orang lain. Bahkan, pihak sekolahpun sudah angkat tangan.

Awalnya, teman lamanya berpikir mungkin dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor sehingga tidak sempat mengurusi anak. Namun, ternyata dugaan itu salah. Sudah dua tahun belakangan dia resign dari tempat kerjanya. Profesinya sekarang adalah ibu rumah tangga murni. “Aku sempat konsultasi ke psikolog, tapi sama dia dibilangin kalau aku tuh kurang dekat secara emosional sama anakku. Padahal setiap hari aku mengurusinya”. Katanya sambil emosi. Saat itu teman lama yang diajak bercerita, memilih untuk menjadi pendengar yang baik, dan tidak berkata sepatah kata apapun.

Kebanyakan orangtua berlagak seperti ‘supervisor’ pada anaknya. Saat pulang kerja, pertanyaan bertubi-tubi memberondong si anak. “Sudah belajar belum?”, “Tadi dapat nilai berapa di sekolah? Sembilan atau sepuluh?”, “Ada PR nggak? Sudah dikerjakan?”, “Besok ulangan apa?”, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang diartikan sebagai ‘kedekatan’ oleh mereka. Padahal, justru anak akan merasa bosan dengan pertanyaan yang sama setiap harinya. Jadi, jangan marah jika anak Anda menjawabnya dengan malas, ogah-ogahan, atau  tidak fokus dengan pertanyaan Anda.

Seorang ayah/ibu dikatakan berhasil dalam mendidik anak jika ia tidak hanya mempunyai kedekatan secara fisik dengan sang anak, tetapi juga kedekatan emosional. Justru kedekatan emosional lebih utama dibandingkan dengan kedekatan fisik. Dengan kedekatan emosional, Anda akan lebih mudah mengarahkan dan mendidik anak Anda. Bahkan, kedekatan emosional adalah sebuah investasi yang sangat berharga. Dan, bagaimana cara menumbuhkan kedekatan emosional?

Berusalahah mencari tahu apa yang anak Anda rasakan. Ubah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan pertanyaan seperti misalnya, “Hai Nak, bagaimana kabarmu hari ini? Menyenangkan nggak? Ada cerita apa hari ini untuk bunda (ayah)?” Setelah anak Anda menanggapi pertanyaan-pertanyaan Anda, tahan dulu segala komentar dan nasihat yang ingin Anda sampaikan padanya. Cukup jadilah pendengar yang setia. Jika apa yang diceritakannya adalah positif dan menyenangkan, tanggapi dengan ekspresi yang wajar sebagai wujud penghargaan Anda, misalnya “Wah menyenangkan sekali. Ibu (ayah) ikut senang mendengarnya. Selain itu apa lagi?”, dan seterusnya.

Jika yang disampaikannya kepada Anda adalah keburukan (negatif), jangan langsung menghakiminya. Katakan bahwa Anda sedih mendengarnya dan ceritakan bahwa Andapun pernah mengalaminya. Jika anak Anda mau mendengarkan, maka ceritakanlah pengalaman Anda tanpa bermaksud menggurui. Setelah itu, cobalah untuk memeluknya karena hal ini akan memberikan energi positif bagi anak Anda.

Hal yang perlu Anda perhatikan adalah ketika mendengarkan anak Anda bercerita atau mengungkapkan perasaanya, pastikan bahwa Anda tidak melakukan apa pun. Tatap matanya dan dengarkan dengan penuh perhatian. Jika ada telepon dan itu bisa ditunda, cobalah untuk tidak menanggapinya terlebih dahulu jika memang Anda memandang anak lebih penting. Dalam hati terdalam seorang anak, ia ingin dinomorsatukan oleh kedua orangtuanya.

Kelanjutan artikel: Membentuk Pribadi Super pada Anak: Cerdas Spiritual

#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar