Rabu, 20 Desember 2017

Membentuk Pribadi Super pada Anak: Disiplin Dalam Tugas dan Aturan

membentuk-pribadi-super-pada-anak-disiplin-dalam-tugas-dan-aturan

Kelanjutan dari artikel: Membentuk Pribadi Super pada Anak: Cerdas Spiritual

Sebuah peraturan, sebagus apa pun itu pasti dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi untuk melakukannya. Kita semua mengetahui “membuat aturan itu jauh lebih mudah daripada menjalankannya”. Nah, masalahnya mendisiplinkan anak tidaklah semudah membalikkan telapan tangan. Sebagai contoh, bayangkan bahwa Anda sudah membuat kesepakatan dengan anak Anda bahwa pukul 18.30-20.00 malam adalah waktunya belajar. Kebetulan, jam-jam tersebut adalah jam kepulangan Anda dari kantor. Apa yang Anda lakukan jika pada saat Anda membuka pintu rumah (dan jam-jam itu adalah waktu belajar), Anda mendapati anak Anda masih asyik bermain game? Marah, berteriak, atau mengatakan hal-hal yang sudah umum para orangtua katakan, seperti kalimat “Matikan gamenya sekarang, masuk kamar dan belajar!” Meskipun para psikolog tidak membenarkan cara seperti itu, toh kebanyakan orangtua melakukannya.

Dalam dunia yang ideal, orangtua seharusnya mempunyai kesabaran, toleransi, pengertian, fleksibilitas dan energi yang tidak terbatas dalam membimbing anak. Namun, tak ada gading yang tak retak. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Terkadang seorang ibu atau ayah harus belajar seumur hidupnya untuk menjadi pendidik (orangtua) yang baik.

Di bawah ini beberapa kesalahan yang sering dilakukan orangtua dalam mendisiplinkan anaknya:

Membentak dan berteriak

membentuk-pribadi-super-pada-anak-disiplin-dalam-tugas-dan-aturan-01

Membentak bagi kebanyakan orangtua mungkin merupakan cara yang paling efektif untuk membuat anak menurut. Namun, anak yang sering mendapat bentakan akan belajar bicara dengan nada serupa. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar, suka membentak, dan berteriak sama seperti apa yang diterimanya selama ini. Cobalah untuk bertanya pada diri Anda sendiri dan jawablah dengan jujur, sukakah Anda dibentak. Semua orang tidak suka dibentak. Ketika Anda marah, usahakan jangan bertindak apa-apa dulu, ambil nafas dan berusahalah untuk tetap tenang dan diam. Lebih baik Anda menyimpan teriakan Anda hanya untuk keadaan darurat.

Jika Anda terlalu sering berteriak dan membentak, selain membuang energi, dampak lainnya adalah anak Anda menjadi kebal dengan teriakan dan bentakan Anda. Jika Anda menginginkan sesuatu pada anak Anda, sebaiknya gunakan bahasa yang halus agar anak Anda merasa bahwa Anda sangat menyayangi dan menghargainya.

Memukul

membentuk-pribadi-super-pada-anak-disiplin-dalam-tugas-dan-aturan-02

Kekerasan fisik selalu menjadi sajian berita setiap harinya. Bahkan, banyak nyawa anak yang melayang hanya gara-gara sebuah pukulan (kekerasan fisik) yang dilakukan orangtuanya. Ironisnya, para orangtua dengan santainya bertameng dengan kalimat basa-basi seperti dalam sebuah sinetron ‘ini untuk mendisiplinkan anak saya’. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa hukuman fisik memiliki ‘manfaat’, yaitu anak akan mematuhi perintah orangtua untuk sementara itu. Namun dalam jangka panjang, resiko menjadi semakin besar, seperti anak menjadi cenderung kasar (agresif) dan sangat mungkin anak akan suka dengan tindakan kejahatan/anti sosial kelak.

Di Jepang, telah dibuktikan bahwa jika anak dibesarkan dengan hukuman fisik, terlihat keterlambatan pada kata-kata dan perkembangan sosialnya.

Mengomel

membentuk-pribadi-super-pada-anak-disiplin-dalam-tugas-dan-aturan-03

Omelan sering muncul dari mulut orangtua yang mencoba tetap sabar. Mereka tidak ingin marah, tetapi berusaha menuntut anak melakukan perintahnya. Lebih baik, Anda memberi batasan waktu, beri peringatan jika anak membandel, dan berikan hukuman jika anak tidak mengerjakan apa yang menjadi tugasnya. Misalnya, tidak boleh bermain sebelum belajar, dan sebagainya.

Menggurui

membentuk-pribadi-super-pada-anak-disiplin-dalam-tugas-dan-aturan-04

Banyak orangtua selalu mendominasi pembicaraan saat berkomunikasi dengan anak. Padahal, kebanyakan orang tidak begitu tertarik mendengar pembicaraan satu arah, tanpa interaksi dan diskusi. Menggurui anak kadang tidak menunjukkan permasalahan sebenarnya. Misalnya, anak yang malas mengerjakan PR malah diceramahi tentang pentinganya pendidikan, bukan tentang kegunaan mengerjakan PR dan sebagainya.

Memaksa

Memaksa merupakan bentuk tekanan fisik agar anak menurut. Sebagai contoh bentuk pemaksaan kepada anak adalah menyeret anak ke meja belajar dan mengawasinya dengan ketat.

Pelabelan yang Negatif

membentuk-pribadi-super-pada-anak-disiplin-dalam-tugas-dan-aturan-05

Tanpa sadar, orangtua sering meremehkan atau membuat malu anak. Tindakan ini dapat membuatnya kurang percaya diri dan merasa tidak aman. Contohnya, “Kamu memang anak bodoh! Pemalas! Makanya kamu selalu mendapatkan nilai jelek di sekolah!” Berhati-hatilah dengan kata-kata Anda, karena sangat mungkin anak Anda akan merekam semua omongan Anda dan mengatakan yang serupa kepada Anda atau teman-temannya. Usahakan selalu memberi peringatan positif. Memberi cap, gelar, atau panggilan buruk berdampak tidak baik bagi anak.

Beberapa kesalahan di atas rasanya sudah menjadi rahasia umum di kalangan orangtua. Bahkan, hampir semua orangtua melakukannya! Fakta membuktikan bahwa cara-cara seperti itu ternyata tidak efektif. Banyak anak yang meresponnya dengan sangat negatif, seperti pura-pura tidak mendengar dan melawan.

Proses mendisiplinkan anak memang bukan perkara mudah, apalagi jika usia anak sudah menginjak remaja atau dewasa. Biasanya anak pada usia ini (remaja/dewasa) baru mau mengerti dan memahami jika sudah merasakan akibat dari ketidakdisiplinannya tersebut. Sikap disiplin harus ditanamkan sejak dini. Apa tujuannya? Perilaku anak terbentuk karena kebiasaan, harapannya, kebiasaan yang sudah ditanamkan sejak dini akan mengakar sampai dewasa.

Mendisiplinkan anak dengan cara yang baik akan menumbuhkan rasa hormat. Selain itu, rasa kesanggupan akan terbangun dalam diri anak karena mereka belajar mengasah bagaimana memanage diri sendiri. Mereka bangga pada diri mereka jika mereka dengan senang hati menyetujui apa yang kita inginkan dibandingkan jika mereka diteriaki atau dipaksa untuk taat kepada orangtua.

Saat anak Anda melakukan tindakan yang tidak dapat dimaafkan, pertama-tama yang harus Anda lakukan adalah “memberi petunjuk”. Artinya, lakukan kontak mata dengan anak Anda, lalu dengan suara yang tegas dan tenang, berilah petunjuk tindakan yang Anda ingin dia lakukan. Misalnya, jika anak membuang makan siangnya, hentikan anak, tatap matanya, lalu dengan suara yang tenang dan tegas, berilah petunjuk, “Nak, ayo makan. Kuenya enak lho...” poinnya adalah jangan mengatakan tidak boleh membuang makanan. Bukannya mengatakan tindakan yang tidak ingin dilakukan, melainkan katakanlah tindakan yang Anda ingin dia lakukan. Mengapa demikian? Jika Anda mengatakan tindakan yang tidak ingin dia lakukan, ada kemungkinan, anak-anak karena ingin diperhatikan, sengaja melakukan tindakan yang dilarang itu.

Hal yang perlu Anda perhatikan juga adalah pada saat memberikan petunjuk, jangan menggunakan pertanyaan atau saran seperti, “Bagaimana kalau kamu berbuat....? atau “Bukankah lebih baik kalau kamu berbuat....?” Sampaikanlah dengan ringkas dan tegas, “Lakukan ....” atau, “Ayo....”.

Selain itu, jangan memberikan petunjuk tiba-tiba. Lebih baik memberikan instruksi setelah sebelumnya memberikan peringatan. Dengan tiba-tiba berkata, “Cepat kerjakan!”, lebih baik Anda mengatakan, “Bagaimana jika sebentar lagi kamu kerjakan?” Ingatkan dulu tentang janji kepada si anak itu sendiri. Katakan, “Dari pukul berapa mengerjakan PR? Ya, betul, pukul 7 ya. Tinggal sepuluh menit lagi ya.” Setelah memberikan peringatan tentang kapan harus dimulai pekerjaannya, berikan petunjuk tegas, “Karena sudah pukul tujuh, kerjakan PR sekarang!”.

Jika anak Anda mematuhi perintah Anda, berilah ia pujian yang selayaknya. Jika tidak mematuhi, ulangi petunjuk yang sama. Jika diberikan petunjuk yang sama pun ia tidak mematuhi, acuhkan dulu sementara, dan tunggulah. Jika selama didiamkan anak Anda mulai mengerjakan, segera berikan pujian. Jika selama didiamkan dia tidak mengerjakan, lakukan langkah berikutnya, misalnya dengan mengirimkan dalam time out (waktu jeda).


#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar