Selasa, 15 Agustus 2017

Pola Perkembangan Sosial Anak

pola-perkembangan-sosial-anak
Pola Perkembangan Sosial Anak

Sebagaimana perkembangan fisik anak yaitu gerakan fisik pertama anak yang tidak dapat dibedakan, di mana anak bergerak kemana-mana secara tiba-tiba ketika ada hal yang menarik perhatian mereka. Perkembangan sosial dan emosional bayi juga tidak dapat dibedakan, pada respon yang diberikan terhadap suatu stimulus seperti lapar atau dingin maka akan menimbulkan tangisan yang tidak dikhususkan bagi stimulus tersebut.

Dalam suatu minggu tertentu, tangisan anak menjadi dibedakan sedemikian rupa sehingga para orangtua dapat membedakan antara tangisan yang menunjukkan bahwa anak lapar, bosan atau merasa sakit. Pada usia enam minggu atau dua bulan, bayi dapat bereaksi terhadap orang dewasa yang sedang tersenyum padanya dan mulai untuk meniru perilaku seperti mengeluarkan lidahnya atau menutup matanya.

Pada delapan bulan atau sekitar usia tersebut anak telah mengembangkan hubungan yang kuat dengan orangtuanya dan merasa khawatir apabila dipisahkan atau ditinggal. Anak yang baru belajar berjalan mulai mengembangkan hubungan kasih sayang dengan keluarga mereka. Anak yang berusia dua tahun sedang berusaha untuk memilih identitas diri mereka sendiri, dan “aku dapat melakukan sendiri hal itu” adalah salah satu kalimat pernyataan yng paling sering diucapkan oleh anak.

Ketika anak berusia tiga tahun, anak mulai membangun suatu hubungan dengan keluarga mereka dan juga dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarga mereka. Mereka juga mencoba untuk membuat sebuat strategi untuk menyatakan keinginan mereka.


pola-perkembangan-sosial-anak
Perkembangan Kepribadian Anak

1. Perkembangan Kepribadian

Salah satu unsur perkembangan sosial adalah perkembangan kepribadian. Eric Erikson, seorang ahli teori psikoanalis, berkonsentrasi untuk memahami tentang perkembangan dari ego, suatu perasaan terhadap diri. Uraian yang dia berikan tentang tahapan-tahapan dalam perkembangan ego bermanfaat bagi para orangtua dan guru. Erikson memandang perkembangan identitas anak sebagai cerminan dari hubungan dengan orangtua, keluarga dan guru di dalam konteks yang lebih luas yaitu dengan masyarakat.

Guru yang berpikir tentang perilaku anak-anak di (dalam) terminologi Erikson akan merencanakan program yang menyediakan banyak peluang untuk anak-anak guna membangun kepercayaan dan untuk membuat berbagai macam pilihan serta merasakan sukses dari pilihan yang mereka buat sendiri. Membangun sebuah persahabatan adalah penting dalam tujuannya untuk membangun sebuah kepercayaan. Membantu anak-anak untuk mengenali kebutuhan dan perasaan mereka sendiri merupakan hal yang penting di dalam membangun kepercayaan.

Anak harus merasakan bahwa gagasannya adalah gagasan yang baik dan orang lain menghormati gagasan itu. Jika terlalu banyak waktu yang dihabiskannya di sekolah atau tempat penitipan anak lainnya diarahkan untuk memperhatikan guru, maka anak akan mulai merasa bahwa gagasan mereka tidak dapat diterima.

Anak-anak yang lebih tua perlu untuk mengambil bagian di dalam aktivitas di mana prestasi mereka jelas nyata dan patut untuk dirayakan. Sebagai contoh, anak yang berusia empat atau lima tahun harus mengetahui bahwa jika mereka menyarankan sebuat aktivitas, maka guru akan mendengarkan dan membantu mereka untuk menyelesaikan gagasan mereka tersebut jika mungkin.

Jika aktivitas tidak dapat dikerjakan di dalam kelas, maka guru akan tetap menerima gagasan mereka tersebut dengan rasa hormat dan mungkin membantu anak untuk memodifikasi gagasan tersebut atau memenuhi beberapa bagian dari aktivitas itu.



pola-perkembangan-sosial-anak
Perkembangan Konsep Diri

2. Perkembangan Konsep Diri

Unsur perkembangan sosial yang lain dari anak adalah perkembangan konsep diri. Konsep diri dikembangkan secara bertahap; anak mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang individu yang terpisah dari orang lain selama beberapa tahun. Melalui interaksi pertama anak dengan orangtua dan keluarga dan kemudian dengan orang lain di luar keluarga tesebut, anak secara berangsur-angsur mulai mengembangkan suatu konsep mengenai siapa mereka adanya dan seperti apa mereka.

Dalam suatu studi klasik tentang konsep diri anak-anak, ternyata bahwa anak, terutama anak laki-laki memiliki konsep diri yang baik, memiliki orangtua yang menerima, menyayangi dan memperhatikan anak mereka. Orangtua juga memberlakukan aturan yang kuat secara hati-hati dan menetapkan standar perilaku yang tinggi, tapi tidak dengan menggunakan cara penerapan disiplin yang non-coercive. Mereka juga mempertunjukkan interaksi yang lebih demokratis dengan anak-anak mereka.

Para guru sering merencanakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan konsep diri anak. rencana ini sering meliputi unit tentang “aku.” Walaupun pengembangan hal positif bagi diri anak dijadikan sebagai tujuan akhir, berkonsentrasi pada hal “aku” tidak akan memenuhi kebutuhan anak dalam hal konsep diri.

Para guru akan mempromosikan konsep diri secara lebih efektif dengan merencanakan suatu kurikulum yang mengijinkan adanya beragam pilihan bagi anak-anak dan peluang untuk mengambil bagian dalam suatu aktivitas yang bervariasi di mana mereka dapat meraih suatu prestasi dan dapat merasa terkendali. Hal positif tentang diri mereka sendiri dan kemampuan mereka adalah lebih baik dalam hal membantu perkembangan mereka, dibandingkan dengan pengalaman yang sudah mereka peroleh, seperti, menggambar tentang “aku”, makanan favoritku, binatang kesayanganku, dan mainan favoritku.



pola-perkembangan-sosial-anak
Peran dari Permainan

3. Peran dari Permainan

Pengalaman bermain sangat penting di dalam perkembangan sosial dan emosional anak-anak. Anak-anak dapat memainkan berbagai peran dan perilaku serta mendapatkan umpan balik tentang kecocokkan dari perilaku dalam bermain. mereka dapat memainkan peran pemarah atau sebagai bayi dan menemukan tanggapan seperti apa perilaku yang mereka timbulkan dalam situasi yang tidak dikondisikan.

Mereka juga dapat juga memainkan berbagai peran dari orang dewasa. Anak-anak yang lebih muda sering memainkan peran anggota keluarga, dan seiring dengan pengalaman yang mereka miliki maka mereka juga mulai mencob untuk memainkan peran di luar peran keluarga tersebut. Mereka mungkin bermain tentang toko bahan makanan, penjaga pompa bensin, dokter gigi, atau tukang sampah dan juga menyelidiki pola perilaku yang mereka yakini sesuai dengan individu tersebut.



pola-perkembangan-sosial-anak
Agresi anak

4. Agresi

Aspek lain tentang pembangunan sosial yang patut mendapat perhatian adalah agresi. Para guru dan orangtua mempunyai kaitan dengan perilaku agresif anak-anak. Hasil dari studi menunjukkan bahwa perilaku yang agresif di kelas dapat dikurangi dengan menyediakan bahan-bahan, ruang yang cukup sedemikian sehingga anak-anak tidak mempunyai alasan untuk bersaing antara anak y ang satu dengan anak yang lain.

Studi ini juga menyarankan untuk menghilangkan mainan yang dapat mengarahkan diri anak ke arah agresif dan tidak membiarkan anak-anak untuk mengambil manfaat dari perilaku yang agresif dengan mengendalikan korban atau berusaha untuk memperoleh perhatian dari guru. Adalah juga merupakan hal yang penting juga untuk meniru model perilaku saling bekerja sama, mendiskusikan dan menunjukkan solusi ke permasalahan yang lain selain dari agresi, dan bukan hanya untuk mengalihkan agresi ke benda mati.



pola-perkembangan-sosial-anak
Identifikasi Peran Seks

5. Identifikasi Peran Seks

Identifikasi peran seks adalah merupakan hal penting yang lain dalam pembangunan sosial. Sebelum anak yang berusia tiga tahun mulai untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai anak laki-laki atau anak perempuan maka pada usia ini mereka sudah dapat mengidentifikasi orang lain sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.

Selanjutnya mereka mulai mengembangkan konsep identitas seksual dan sikap mereka tentang peran yang sesuai bagi pria dan wanita. Sesungguhnya, anak-anak yang berusia prasekolah mungkin agak bingung tentang permainan atau tugas yang sesuai bagi pria atau wanita. Setelah sekitar umur tujuh tahun anak-anak nampak tumbuh lebih sedikit kaku dalam pikiran mereka tentang peran seks, hal ini disebabkan mungkin karena mereka lebih merasa aman tentang identitas seksual mereka sendiri.

Para guru akan menginginkan struktur kelas dan aktivitas yang sedimikian sehingga kedua-duanya baik anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai dorongan dan peluang yang sama untuk mengambil bagian. Pastikan bahwa literatur merupakan hal yang dipilih untuk digunakan di dalam kelas untuk mencontohkan tentang perilaku yang tidak dapat ditiru oleh jenis kelaminn dan juga menghindari untuk memberikan tugas dalam suatu cara yang harus mematuhi peraturan-peraturan tertentu (secara konsisten meminta anak laki-laki untuk melakukan pekerjaan berat dan anak perempuan untuk melakukan pekerjaan lisan atau seni).


PERKEMBANGAN SOSIAL

a. Kelahiran sampai usia tiga tahun
  • Bereaksi terhadap orang lain
  • Menikmati pada saat bergaul dengan anak-anak lain
  • Dapat memelihara keterlibatan dengan anak lain untuk suatu periode yang sangat pendek
  • Mampu berbagi tanpa perlu membujuk
  • Menunjukkan kemampuan yang sangat kecil untuk menunda kepuasan
  • Dapat meniru tindakan orang lain
  • Mulai untuk melibatkan diri pada permainan yang paralel

b. Usia tiga sampai empat tahun
  • Menjadi lebih sadar akan diri sendiri
  • Mengembangkan perasaan rendah hati
  • Menjadi sadar akan rasial dan perbedaan seksual
  • Dapat mengambil arah, mengikuti beberapa aturan
  • Memiliki perasaan yang kuat ke arah rumah dan keluarga
  • Menunjukkan suatu pertumbuhan dalam hal perasaan atau pengertian dari kepercayaan pada diri sendiri
  • Bermain paralel; mulai bermain permainan yang memerlukan kerja sama
  • Memiliki teman bermain khayalan

c. Usia lima sampai enam tahun
  • Menyatakan gagasan yang kaku tentang peran jenis kelamin
  • Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek
  • Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
  • Dapat berbagi dan mengambil giliran
  • Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman di sekolah
  • Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting
  • Ingin menjadi yang nomor satu
  • Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya

d. Usia tujuh sampai delapan tahun
  • Lebih sering bersaing dengan teman sebaya
  • Bergantung pada orangtua untuk perluasan dan minat aktivitas
  • Masih dipengaruhi oleh pendapat dari teman sebaya
  • Sering bermain dengan teman lawan jenis
  • Membutuhkan nasihat-nasihat dari guru dalam banyak hal
  • Mulai dapat berbagi
  • Mulai ingin untuk mempersilahkan orang lain
  • Menjadi lebih mandiri di tempat kerja dan bermain
  • Memiliki format yang lebih kronis dalam hal persahabatan
  • Mulai membentuk kelompok-kelompok

#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar